Kamis, 27 Oktober 2011

Banyak Jamaah tak Paham Tata Cara Berhaji

Oleh Muhammad Subarkah dari Makkah

Hanya 17 persen jamaah yang membaca buku bimbingan haji.

MAKKAH -Banyak jamaah yang belum paham tata cara berhaji. Padahal, mereka sudah mendapat bimbingan di Tanah Air selama 11 kali dan mendapat pembagian buku tata cara ibadah haji.

Hal seperti itu terutama ditemukan pada jamaah yang tersesat dan berusia lanjut. "Bisakah saya tahalul (memotong rambut) sekarang," kata seorang jamaah asal Maluku yang tersesat, di pelataran Masjidil Haram, Sabtu (22/10). Dia berkata seperti itu padahal ketika ditanya belum menyelesaikan tujuh putaran sa’i. Dia berhenti sa’i pada putaran ketiga karena kebingungan terpisah dari rombongannya.

Fenomena ini juga terjadi pada banyak jamaah lainnya. Ada jamaah haji asal Surabaya ketika tersesat di jalan menyatakan baru menyelesaikan sebagian tawafnya. Semula dia keluar pelataran thawaf karena harus berwudhu ketika berhadas. Dan, saat keluar itulah dia kemudian tersesat. Tapi, dia enggan melanjutkan tawafnya kembali.

Kepala Seksi (Kasi) Pelayanan Bimbingan Ibadah Jamaah Daker Makkah, Syahlan Arif Ibrahim, mengatakan masuk akal bila banyak jamaah yang belum paham atas proses melakukan ibadah haji. Ini karena mereka menganggap tak serius ketika dahulu mendapat bimbingan haji di Tanah Air. "Padahal, kalau di kecamatan ada 11 kali bimbingan, di kabupaten ada empat kali. Jadi, kalau tak paham, biasanya jamaah haji itu tak ikut bimbingan secara serius," kata Syahlan.

Menurut Syahlan, indikasi bahwa banyak jamaah yang belum paham mengenai teknis pelaksanaan haji ketika sampai di Makkah itu sebenarnya sudah lama terpantau. Dari sebuah survei yang dilakukan pihak Departemen Agama, ditemukan fakta hanya sebagian kecil jamaah yang membaca buku bimbingan haji yang telah diberikan kepadanya. Porsi yang membaca buku ini hanya 17 persen. Sisanya, 83 persen tak membaca buku bimbingan haji yang dibagikan kepada setiap jamaah tersebut.

"Nah, dari 17 persen, hanya sembilan persen dari jamaah yang mencermati. Dari yang mencermati ini hanya tujuh persen yang menyatakan memahaminya. Inilah persoalannya," kata Syahlan.

Menurut Syahlan, memang ibadah haji lebih merupakan ibadah yang bersifat fisik. Soal teknis seperti doa-doa yang tertuang dalam buku itu bisa diabaikan. Sebab, selama berhaji, misalnya thawaf dan sa’i, doa sebenarnya bisa apa saja, mulai dari zikir, hafalan surat pendek, atau sekadar membaca 'doa sapu jagat': Rabbana atina fid-dunya hasanah wa fil-akhirati hasanah wa qina adzaban-nar.

"Tapi, ternyata bukan soal itu yang membuat jamaah ribet misalnya tersesat. Karena tak paham banyak di antara mereka tak percaya diri ketika sedikit saja terpisah dari rombongan. Ini terutama ketika mereka melakukan umrah setibanya di Makkah," katanya.

Untuk itu, lanjut Syahlan, setibanya di Makkah jamaah harus segera mencari tahu mengenai persoalan pelaksanaan ibadah haji bila mereka kesulitan. Paling tidak mereka harus berani bertanya kepada para pembimbing ibadah yang selalu ada dalam setiap kloter.

"Kepada petugas pembimbing ibadah yang berada langsung menemani jamaah juga harus ikhlas menjawab pertanyaan kepada jamaah. Jangan petugas ini malah menjadi sumber masalah baru, misalnya membuat jamaah haji menjadi terburu-buru menyelesaikan umrahnya begitu tiba di pemondokan Makkah. Sebab, ini akan membuat jamaah kecapaian dan menjadi gampang sakit dan tersesat," katanya.

..........TERKAIT..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...