Tempat Berbagi

Di Kedai Tuak Martohap selalu ada beberapa orang lelaki—biasanya 4 sampai 5 orang—yang bercakap-cakap sambil minum tuak. Selalu ada cerita y...

Oleh: Windy Widarani Habsari Widjaja Sudah seminggu ini eyang putri bertingkah aneh. Eyang jadi suka berdiri di depan kaca, sebentar-seben...

Cerpen Noor H. Dee Dimuat dalam buku Sepasang Mata untuk Cinta yang Buta (Lingkar Pena Publishing House, 2008) Seperti biasa, setiapkali...

Fahd Djibran Kau pernah berbohong? Aku pernah. Bahkan mungkin sering. Bila kau tanyakan pada siapa aku pernah berbohong? Aku tak bisa meng...

Oleh: Florensius Marsudi Sepuluh tahun pacaran. Selalu, kita merasa tidak cocok.   Dan akhirnya kita sepakat, kita putus -pisah saja. “A...

Cerpen Lily Yulianti Farid "Patah hati lagi, Rei?"

Cerpen Mawardi Masih ingatkah dirimu ketika kita bertemu di dalam Bus Ramayana? Ketika itu aku hendak pergi ke Jakarta dan dirimu sehabis ...

Lagi-lagi, kau sendirian di sini.. Ini semua karena dirimu bermain petak umpat dari kenyataan.. Apakah ini yang kau sebut dengan kesendi...

Selembar kain di genggamanku. Warnanya putih, sulamannya indah. Nyaris sempurna, jika saja tak ada noda mengganggu di salah satu sisinya, it...

“Kau tidak merasa bosan menyapaku setiap hari?” Sekuntum bunga rumput bertanya pada angin yang bertiup semilir menggoyangkan kelopak dan dau...

"Tidakkah kau ingin merasakan kebebasan?" tanya Milo kepada Nemo. Kedua ikan itu lalu saling bertatapan. Apa itu kebebasan? Nemo b...

Untuk renungan, untuk motivasi, untuk yang baru jadi IBU, untuk yang akan jadi ibu.

Ini adalah surat cintaku padamu yang ke-213. Ingatkah kau apa kata pertama yang bisa kau ucapkan? Tak ada manusia yang mampu mengingatnya, m...

KAKAK kami Suparman kini tinggal di Jakarta menjelang masa pensiun. Tapi ia tidak terikat. Karena ia mengelola sebuah perusahaan konsulta...