Tampilkan postingan dengan label Jurnal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jurnal. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Juli 2011

Unduh Jurnal Studi Al-Quran Vol. 2 No. 2, 2007

Meski telah menjadi isu klasik, pendekatan sastra dan kebahasaan dalam menyelami kandungan al-Qur’ân tidak serta-merta menjadi basi. Ternyata, banyak sisi kesusastraan dan kebahasaan dalam al-Qur’ân yang belum terkaji secara intensif, bahkan mungkin belum tersentuh. Kajian itu dapat berupa ilmu dan keterampilan/seni yang lahir dari tradisi pembacaan al-Qur’ân. Sebut saja tradisi penghafalan al-Qur’ân yang sejak al-Qur’ân turun hingga hari ini (dan masa datang) tidak pernah mati, bahkan berkembang dengan pesat. Tahfizh ternyata tidak hanya sekadar mengulang-ulang hafalan, tetapi juga dibekali berbagai teknik dan metode yang telah teruji secara ilmiah.

Selasa, 12 Juli 2011

Unduh Jurnal Studi Al-Quran Vol. 2 No. 1, 2007

Tradisi tasawuf dalam Islam menyisakan banyak hal yang sangat berbeda dengan tradisi keilmuan dan praktik umat Islam. Jika tradisi keilmuan Islam lainnya selalu memunculkan dikotomi Sunni-Syi’ah, tradisi tasawuf relatif mereduksi dikotomi ini. Seorang Sufi misalnya jarang sekali diidentifikasi sebagai seorang Syiah atau Sunni. Selain itu, banyak Sufi yang belajar/mengajar, menjadi murid/guru dan menerima/memberi ijâzah tanpa mempersoalkan ke-Sunni-an atau ke-Syiah-an mereka. Namun, ketika para Sufi menulis tafsir al-Qur’ân, apakah ‘ketidakpedulian’ ini juga tampak dalam tradisi tafsir sufistik?

Senin, 11 Juli 2011

Unduh Jurnal Studi Al-Quran Vol. 1 No. 3, 2006

Bagaimana fenomena tafsir di Indonesia? Pertanyaan ini sangat menarik untuk ditelaah lebih jauh, tentunya dengan melibatkan beberapa dimensi penting tentangnya. Dalam konteks keindonesiaan, studi al-Qur’ân patut dipandang selaku bagian integral dari perkembangan Islam. Terkait dengan itu, banyak hal yang layak diketengahkan untuk mencermati perkembangan tafsir di negeri ini, semisal historisitas perkembangan, karya tafsir lokal, dimensi kontemporer, dan beberapa aspek lainnya. Semuanya merupakan elemen dasar yang patut dicermati untuk memotret fenomena tafsir di Nusantara. Terkait dengan itu, Jurnal Studi al-Qur’ân (JSQ) edisi III ini hadir dengan mengetengahkan beberapa tulisan tentang tafsir dan al-Qur’ân dalam konteks keindonesiaan.

Minggu, 10 Juli 2011

Unduh Jurnal Studi Al-Quran Vol. 1 No. 2, 2006

"Ayat-ayat al-Qur’ân bagaikan intan, setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lainnya, dan tidak mustahil jika kita menyilakan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat banyak dibanding apa yang kita lihat”. Demikian kalimat indah yang diungkapkan Abdullah Darraz dalam bukunya an-Naba’ al-‘Azhîm yang di kutip Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Misbâh. Ungkapan tersebut berkorelasi langsung dengan realitas sejarah umat manusia sejak al-Qur’ân diturunkan hingga zaman modern ini. Ketika al-Qur’ân diturunkan, respon masyarakat terbagi menjadi dua bagian. Ada yang menerima kebenarannya dan sebagian yang lain mendustakannya. Pada saat yang sama, kedua golongan ini pun berkembang menjadi beberapa bentuk dan karakter yang berbeda dari waktu ke waktu. Kelompok tersebut diabadikan al-Qur’ân dalam sejumlah ayat-ayatnya.

Sabtu, 09 Juli 2011

Unduh Jurnal Studi Al-Quran Vol. 1 No. 1, 2006

Membumikan al-Qur’ân merupakan keniscayaan. Sebagai Kitab Suci terakhir, al-Qur’ân harus menerobos perkembangan zaman, melintasi batas-batas geografis, dan menembus lapisan-lapisan budaya yang pluralistik, karena memang kandungannya selalu sejalan dengan kemaslahatan manusia. “Di mana terdapat kemaslahatan, di situ ditemukan tuntunan al-Qur’ân. Sebaliknya, di mana terdapat tuntunan al-Qur’ân, di situ terdapat kemaslahatan.”
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...