Akhmad Sahal
Muhammad Abduh saat jadi mufti agung di Mesir pernah berfatwa agar poligami dilarang. Abduh adalah pencetus Salafisme awal (bukan Salafisme Wahabi), yang menyerukan kembali ke esensi Islam sejati, yakni Islam yang rasional dan modern. Baginya, poligami zaman sekarang merendahkan perempuan dan hanya didasari syahwat, dus tidak bersandar pada asas keadilan ala Al-Qur'an. Karena itu, kata Abduh, stop poligami !!!!
Tampilkan postingan dengan label Airlangga Pribadi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Airlangga Pribadi. Tampilkan semua postingan
Jumat, 01 Juli 2011
Sabtu, 11 Juni 2011
KEBEBASAN TANPA KEMERDEKAAN
Kompas 11 Juni 2011
Kebebasan Tanpa Kemerdekaan
Oleh
Airlangga Pribadi
Pengajar Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga
Koordinator Serikat Dosen Progresif
Di dalam karya terbarunya Negara Paripurna, Yudi Latif dengan tepat menemukan sari warisan terbaik dari para pendiri bangsa: politik harapan bukan politik ketakutan. Republik yang berdiri di atas tiang harapan merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Kebebasan Tanpa Kemerdekaan
Oleh
Airlangga Pribadi
Pengajar Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga
Koordinator Serikat Dosen Progresif
Di dalam karya terbarunya Negara Paripurna, Yudi Latif dengan tepat menemukan sari warisan terbaik dari para pendiri bangsa: politik harapan bukan politik ketakutan. Republik yang berdiri di atas tiang harapan merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Kamis, 05 Mei 2011
Mendaras Islam Progresif, Melampaui Islam Liberal
Oleh Airlangga Pribadi pada 04 Mei 2011 pukul 14:03
Pengajar Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga
Koordinator Serikat Dosen Progresif
Islam sebagai agama adalah sebuah risalah profetik yang tunggal, namun demikian tafsir manusia terhadap risalah yang satu ini dalam perjalanan historisnya di bumi manusia tidak pernah berbentuk tunggal. Kondisi hidup dari setiap kelompok dan kekuatan sosial ketika memaknai situasi yang ia hadapi selalu mempengaruhi bagaimana ia membangun pandangan hidup, sistem nilai dan basis legitimasi atas apa yang ia yakini. Seperti diuraikan dengan gamblang oleh intelektual Islam profetik asal Iran Ali Syari’ati (1985) ketika menulis tentang riwayat Abu Dzar al-Ghifari dalam And Once Again Abu Dzar menguraikan “Tidaklah cukup mengatakan kembali ke Islam. Kita harus uraikan secara spesifik. Islamnya Abu Dzar sebagai rakyat ataukah Marwan sang penguasa...Yang satu adalah Islam khalifah, istana, penguasa, sementara yang lain adalah Islamnya rakyat, yang tertindas dan miskin”.
Pengajar Ilmu Politik FISIP Universitas Airlangga
Koordinator Serikat Dosen Progresif
Islam sebagai agama adalah sebuah risalah profetik yang tunggal, namun demikian tafsir manusia terhadap risalah yang satu ini dalam perjalanan historisnya di bumi manusia tidak pernah berbentuk tunggal. Kondisi hidup dari setiap kelompok dan kekuatan sosial ketika memaknai situasi yang ia hadapi selalu mempengaruhi bagaimana ia membangun pandangan hidup, sistem nilai dan basis legitimasi atas apa yang ia yakini. Seperti diuraikan dengan gamblang oleh intelektual Islam profetik asal Iran Ali Syari’ati (1985) ketika menulis tentang riwayat Abu Dzar al-Ghifari dalam And Once Again Abu Dzar menguraikan “Tidaklah cukup mengatakan kembali ke Islam. Kita harus uraikan secara spesifik. Islamnya Abu Dzar sebagai rakyat ataukah Marwan sang penguasa...Yang satu adalah Islam khalifah, istana, penguasa, sementara yang lain adalah Islamnya rakyat, yang tertindas dan miskin”.
Langganan:
Postingan (Atom)