Persoalan kritik menjadi isu yang mutakhir karena telah menjadi konsekuensi logis tuntutan demokrasi. Kebebasan mengkritik, sekaligus kebebasan menyikapinya, menjadi menarik ketika berbenturan dengan keinginan menjaga privasi. Padahal, dalam pakem tradisi feodal yang mengakar dalam masyarakat Jawa puluhan tahun silam, kritik menjadi isu sensitif.
Sebagai komunitas yang hidup di antara komunitas lain, perempuan juga tidak lepas dari dilema menjaga privasi dan memperjuangkan kebebasan. Sebab, kritik yang terlampau bebas memungkinkan tradisi ini berkembang liar. Kritik yang kebablasan adalah pengungkapan aib secara vulgar, yang oleh perempuan ditakuti dan sebisa mungkin dihindari.