Tanya:
Assalamu’alaikum.Maaf Ustad, apakah benar arti sebenarnya dari “kawaa’iba atraaban” dalam Surah an-Naba’ ayat 33 adalah “berdada montok”?
[Ega – via email ke redaksi Alifmagz.com]
Jawab:
Wa’alaikumussalam wr. wb.
Bismillahirrahmanirrahim,
Ada benarnya. Kata kawâ‘ib (كَوَاعِب) yang terdapat di dalam QS an-Naba’ (78): 33 adalah bentuk jamak dari kata kâ‘ib (كَاعِب). Kata kâ‘ib itu sendiri dalam bahasa Arab seakar dengan kata ka‘b (كَعْب) yang berarti ‘mata kaki’. Bisa juga berarti ‘sesuatu yang menonjol ke permukaan’. Dan, memang, mata kaki tampak terlihat menonjol ke permukaan.
Kawâ‘ib yang dimaksud pada ayat itu adalah gadis-gadis remaja yang baru tumbuh buah dadanya (lihat Tafsir Al-Mishbâh). Bisa juga berarti, seperti kata Syaikh Utsaimin, gadis-gadis remaja yang buah dadanya tampak jelas dan tidak menjulur atau mengendur ke bawah). Kata kâ‘ib itu mengandung makna keindahan bentuk dada seorang gadis remaja. Entah keindahan seperti itu dalam bahasa Indonesia digambarkan dengan kata "montok", entah "sintal", entah "besar" dan "berisi", atau ungkapan-ungkapan lain, yang jelas mengandung makna keindahan bentuk dada perempuan.
Pakar-pakar tafsir yang tergabung di dalam tim penyusunan tafsir al-Qur’an Kementerian Agama RI –tafsir itu kemudian diteribitkan dengan judul Al-Qur’an dan Tafsirnya pada tahun 2010– memilih kata montok untuk menggambarkan makna kawâ‘ib. Dalam buku itu, terjemahan ayat 33 surah an-Naba’ disebutkan demikian: dan gadis-gadis montok yang sebaya (lihat Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid 10, juz 29 dan 30, hlm 522). Jadi, seperti saya kemukakan di muka, ada benarnya penerjemahan kata kawâ‘ib dengan ‘gadis-gadis berdada montok’.
Dalam buku-buku tafsir berbahasa Arab pun demikian. Al-Fakhr ar-Râzî, sebagai satu contoh, menjelaskan makna kawâ‘ib adalah an-nawâhid allâtî taka‘‘akabat tsadyuhunna wa tafallakat (‘perempuan-perempuan montok yang payudaranya mengemuka’).
Tetapi, yang kiranya perlu kita garis bawahi di sini, adalah diksi (pemilihan kata) al-Qur’an yang begitu tinggi. Pada ayat itu, bahkan juga pada ayat-ayat lain yang berbicara soal menyusui bayi, misalnya, al-Qur’an tidak sama sekali menggunakan kata-kata semacam "payudara", atau "tetek", atau kata lain yang lebih kasar daripada itu. Padahal, bukan mustahil kata-kata seperti itu juga ada pada masyarakat berbahasa Arab yang sangat kaya kosakata itu.
Demikian, Wallahu a’lam.
[Muhammad Arifin - Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran]
Sumber: Alifmagz
..........TERKAIT..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar