Jumat, 01 Juli 2011

AKU MURID KELAS 5 SD

Bu Guru, sekolah itu apa sebenarnya? Aku murid kelas 5 SD. Datang pagi setiap hari. Berbaris rapi dan cium tangan hormat sebelum masuk kelas. Pelajaran pertama matematika. Mudah sekali. Nilaiku selalu di atas sembilan. Pelajaran kedua Bahasa Indonesia. Ada peribahasa dan latihan membuat paragraf. Sesekali menjadi karangan. Karanganku tidak selalu baik. Setidaknya mendapat nilai tujuh. Pelajaran ketiga IPA. Aku suka melihat pelangi, dan aku mengerti bagaimana proses terjadinya. Ah nilaiku tak pernah kurang dari sembilan. Hari-hari di sekolah, bermain dengan kawan-kawan di kelas secara sembunyi atau di lapangan saat jam istirahat. Atau saat menunggu jemputan pulang. Tapi apakah sekolah itu?

Kemarin aku dimarahi ayah karena tidak bisa menjaga adikku sehingga jatuh. Kata ayah “Percuma saja kamu juara kelas kalau mengurusi adik saja tidak bisa”. Ah aku kan anak pintar. Tapi tidak ada pelajaran yang mengajari bagaimana caranya bertanggung jawab menjaga adik kecil yang berusia satu tahun dan baru pandai berjalan. Minggu lalu aku dibilang ibu cengeng. Ayah dan ibu keluar kota bersama adik. Aku tinggal berdua dengan Mbak Siti. Sore itu hujan lebat. Mbak Siti ke warung membeli lilin karena lampu mati. Tetapi Mbak Siti pergi terlalu lama. Senja semakin gelap. Langit kelam, petir menyambar dan menggelegar. Aku ketakutan dan menangis sendirian. Kata guru anak lelaki harus berani. Berani itu apa? Siapa yang berani dalam situasi gelap senyap begini sendiri? Untung ayah dan ibu segera pulang. Aku menghambur ke pelukan ibu, terisak. Ibu memeluk dan berkata “Duh kenapa anak ibu jadi cengeng begini?”. Sekolah itu apa sebenarnya Bu Guru? Mengapa aku sudah lima tahun sekolah belum juga berani dalam gelap?

Sebentar lagi liburan kenaikan kelas. Bulan Juli mendatang aku sudah menjadi murid kelas enam. Dapatkah aku kembali meraih juara satu seperti biasanya penerimaan rapor? Lalu bisakah aku lulus SD dengan nilai terbaik tanpa ada huru hara? Tadi malam kulihat di TV kejadian yang sangat mengerikan. Di Surabaya, seorang anak kelas enam SD bernama Alif di demo oleh teman-teman sekolah dan orang-orang sekampung. Gara-garanya Alif tidak mau mengikuti perintah Guru yang menyuruhnya berbuat curang dengan memberikan contekan pada teman-teman pada saat Ujian Akhir Nasional. Alif dan Ibunya serta keluarganya harus mengungsi menghindari amukan massa. Aku sedih. Sekolah itu apa sebenarnya Bu Guru? Mengapa Alif harus dihukum karena ingin jujur dan tidak mau berbuat curang?

Bu Guru, sekolah itu apa sebenarnya? Kakak kelasku tahun ini di sekolah juga disuruh seperti Alif. Katanya, kalau mau masuk SMP favorit harus punya nilai kelulusan SD yang tinggi. Supaya nilai tinggi harus kerjasama dan perlu bantuan kunci jawaban. Kata Pak Guru Agama, Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini pertama kali adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Akhlak utama beliau contohkan adalah kejujuran. Sehingga Nabi SAW digelari Al-Amin. Yang artinya orang yang dapat dipercaya. Tidak suka bohong, tidak licik dan tidak suka curang. Berbohong serta berlaku curang termasuk dosa besar. Tetapi mengapa di sekolah semuanya serba membingungkan? Di SMP dekat rumahku ada kantin kejujuran. Siswa membeli, mengambil barang dan membayar tanpa diawasi. Lalu kenapa saat Ujian Nasional juga diberi kunci jawaban oleh gurunya sendiri? Apakah jujur itu? Aku semakin tidak mengerti.

Bu Guru, apakah sekolah itu? Mengapa semakin tinggi sekolah murid-muridnya semakin jahat? Buktinya siswa SMA di dekat kompleks rumahku. Kalau malam minggu suka kebut-kebutan dan berisik. Tidak ada polisi yang menangkap. Waktu mereka ngobrol di warung, aku mendengar bahwa mereka sukses Ujian Nasional karena mendapat bocoran soal dari kepala sekolah. Sambil menghirup rokok dan kaki diangkat ke meja mereka tertawa terbahak-bahak mengingat saat kucing-kucingan mengelabui tim pengawas independent.

Bu Guru, sekolah itu apa sebenarnya? Setiap upacara bendera aku mendengar bahwa sekolah-sekolah Indonesia sedang menggalakkan pendidikan karakter. Karakter itu apa? Aku semakin tidak mengerti. Aku hanya ingin jadi Ahli Pesawat terbang seperti Pak Habibie. Sekolah ke luar negeri untuk pulang membangun bumi pertiwi. Sekarang aku baru akan naik kelas enam. Aku harus masuk SMP dan SMA atau sederajat sebelum bisa sekolah ke Jerman untuk menjadi ahli Pesawat terbang. Tapi aku harus sekolah ke mana Bu Guru? Aku ingin menjadi Ahli Pesawat terbang sekaligus menjadi umat kesayangan Nabi. Menjadi anak baik, jujur dan cinta pada kebenaran. Aku ingin kalau nanti aku besar, koruptor sudah tidak ada lagi di muka bumi. Aku ingin negeriku sejahtera dan makmur. Tapi aku harus sekolah ke mana Bu Guru? Katanya sekolah itu tempat membuat orang bodoh menjadi pintar. Mengubah orang menjadi baik. Mengajari menyelesaikan masalah. Dan membimbing seseorang dapat menyiapkan diri meraih cita-cita. Bu Guru, di manakah sekolah itu? Masih adakah sekolah itu? Apakah sekolah itu?

Fauziah Fauzan EL Muhammady
Pimpinan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang
elmuhammady@ymail.com

..........TERKAIT..........

2 komentar:

  1. ustads karangannya menyentuh dan tepat sekali.

    BalasHapus
  2. itulah wajah buram pendidikan kita di indonesia dimana senantiasa dikatakan bahwa sekolah tempat mendidik anak-anak bangsa, tempat mencetak generasi yang bermoral, tapi kenyataannya ? ah... semoga saja terjadi perubahan ke yang lebih baik. amin.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...