Sebelum terjerat kasus hukum, Ruyati sering berkeluh kesah tidak betah bekerja pada majikannya karena sering diperlakukan secara kasar. "Berulang kali dia mendatangi KBRI meminta dipulangkan atau ganti majikan tetapi tidak mendapat respons yang baik dari staf di sana," kata Suwarni saat ditemui di rumahnya, Selasa (21/06).
Suwarni, warga Pardasuka, Kecamatan Ketibung, Kabupaten Lampung Selatan, mengatakan majikan tempat dirinya dan Ruyati bekerja masih satu keluarga. Suwarni bekerja menjadi pembantu rumah tangga untuk anak majikan Ruyati yang tewas dibunuh.
"Meski bekerja di tempat terpisah, kami sering bertemu saat majikan saya berkunjung ke orang tuanya atau majikan almarhumah Ruyati. Di pertemuan itu dia sering berkeluh kesah," kata perempuan yang baru saja melangsungkan akad nikah itu.
Ruyati bahkan bercita-cita ingin pulang bersama Suwarni, 30 tahun, saat masa kontrak bekerja habis. Saat di Indonesia nanti, kata dia, mereka akan saling berkunjung ke rumah masing-masing. "Dia berjanji akan berkunjung ke rumah saya di Lampung dan saya ke Bekasi. Kami benar-benar dekat," katanya.
Sebelum kasus hukum membelit, Ruyati sering mengeluhkan perlakuan kasar majikannya. Ruyati, yang menurut pengakuan Ruyati kepada Suwarni berusia 51 tahun, misalnya sering disiram dengan air panas, air kopi dan kuah sop.
"Tidak jarang dia dibentak karena dinilai lamban oleh majikannya yang juga tidak terpaut usianya dengan almarhumah. Mereka memang tidak cocok," ujarnya.
Kerap mendapat perlakuan kasar majikannya yang masih berdarah Palembang, Sumatera Selatan itu, diduga memicu Ruyati berbuat nekat membunuh majikan sendiri. Mereka, kata Suwarni, hanya tinggal berdua di sebuah rumah. "Anaknya pisah. Awalnya Ruyati bekerja di tempat saya bekerja. Tapi, majikan saya menilai Ruyati dianggap cocok karena usia mereka tidak terpaut jauh," katanya.
Semasa ditahan polisi, Suwarni berusaha bertemu dengan Ruyati namun dilarang majikannya. "Untuk apa kamu bertemu dia. Pemerintah kamu saja tidak ada yang menjenguk. Tidak usah repot-repot," kata Suwarni menirukan larangan majikannya. Pelarangan dengan nada keras itu membuat Suwarni urung menjenguk dan tidak pernah bertemu lagi dengan kawan curhatnya itu.
Setelah mengenyam kerja di Saudi Arabia, Suwarni enggan kembali bekerja di negeri itu. Warga Arab diakui sangat buruk memperlakukan pembantu rumah tangga. "Setiap saya bertemu TKW di pusat perbelanjaan atau di tempat lain, banyak yang bermata lebam. Lebam-lebam itu bekas siksaan majikan," tuturnya.
Dia mengaku heran dengan pemerintah Indonesia yang masih saja berupaya mengirim tenaga kerja ke Arab Saudi. Padahal, banyak TKW yang melapor telah menjadi korban kekerasan majikan ke perwakilan pemerintah Indonesia di sana.
"KBRI sepertinya kurang dan jarang melindungi warga negara Indonesia yang menjadi korban kekerasan majikan. Saya mengimbau ke warga negara Indonesia jangan punya cita-cita bekerja ke negeri Arab," tegasnya.
NUROCHMAN ARRAZIE
..........TERKAIT..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar