Jika pertanyaan selanjutnya diajukan "apakah Anda ingin bahagia?" jawabannya hampir kompak "ya". Kebahagiaan adalah impian dan tujuan semua orang, seorang mahasiswa yang siang hari giat bekerja, saat malam tiba, di mana orang-orang pulang ke rumah masing-masing, bertemu dengan keluarga menikmati secangkir teh manis bersanding dengan kue buatan istri terkasihnya, sang mahasiswa dengan tekun menyimak pak dosen yang sedang menguraikan materi mata pelajaran kuliahnya, ketika dia ditanya " apa yang dikejarnya?" jawabannya cukup simple "aku ingin bahagia".
Sukses VS Bahagia
Ada banyak definisi dan persepsi orang untuk dua kalimat di atas, kita mulai saja dengan sukses, apakah definisi sukses? Menurut umum, "sukses adalah ketika keinginan atau tujuan kita sudah tercapai". Seorang mahasiswa yang ingin lulus dengan nilai terbaik, lalu keinginan itu tercapai, maka dia boleh dikatakan sudah sukses.
Sedangkan definisi bahagia adalah "ketika hati dan pikiran menerima apa yang ada dengan tanpa membanding-bandingkannya dengan yang tidak dimilikinya". Atau dalam kata lain, menurut Arvan Pradiansyah " kebahagiaan tergantung dari cara kita dalam mengelola pikiran".
Singkatnya, orang sukses belum tentu bahagia, juga sebaliknya orang bahagia belum tentu sukses.
Kisah Bahagia
Ada seorang pemuda yang dengan setia menunggu kekasihnya menyelesaikan masa kontrak kerjanya di luar negeri, dengan sepenuh hati dia menantikan saat kepulangannya, hari-hari ia lalui dengan tumpukan mimpi-mimpi indah hidup bersama kekasihnya, saat yang dinanti pun tiba, ketika kekasihnya pulang ke tanah air, ternyata dia sudah mempunyai kekasih lain, dia pun menikah dengan kekasih barunya itu. Sang pemuda pun lunglai terkapar di antara puing mimpi-mimpinya yang berserakan. Hari-harinya dilalui dengan kecewa dan sakit hati, wajar, dan cukup manusiawi, namun bersama sang waktu, kepedihan itu mulai sirna, hatinya mulai bisa menerima kenyataan pahit ini, dalam hati kecilnya ia berkata "bukan cuma aku yang pernah merasakan sakit hati, masih banyak orang-orang yang lebih kecewa dibandingkan nasib yang kualami". Dia pun menerima betul-betul keadaannya yang sekarang.
Dari kisah di atas, timbul dua pertanyaan, apakah dia sukses? apakah dia bahagia? Jawabnnya, dia tidak sukses karena keinginan hidup bersama kekasihnya kandas di tengah jalan, namun dia menemukan kebahagiaan setelah mampu mengolah pikirannya, sehingga hatinya menerima keadaannya. Untuk sukses orang harus melalui jeda waktu dalam rangka meraihnya, kadang butuh bertahun-tahun untuk kita bisa mewujudkan keinginan kita, tapi untuk bahagia kita tidak memerlukan banyak waktu, karena bahagia itu ada di dalam diri kita sendiri, tinggal bagaimana kita bisa mengolah hati kita untuk bisa menerima kenyataan.(zid).
sumber : Tanbihun Online
==============================
KOMENTAR:
Ahmad Saifullah sukses itu apabila kita menikmati jerih payah menanam, melebihi nikmatnya memetik. dalam islam diwajibkan untuk mencari ilmu, tapi tak diwajibkan mendapat ilmu. diwajibkan mencari nafkah, tapi tak diwajibkan mendapat hasil. diwajibkan beribadah dan mengabdi, tapi ketentuan impian kita masuk surga tergantung rahman-rahimnya Sang Khalik.
09 November pukul 22:46
==============================
"KEHIDUPAN TUMBUH DARI DALAM, DAN TIDAK MENGAMBIL APAPUN DARI LUAR."
(KHALIL GIBRAN).
..........TERKAIT..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar