Pekan kedua Maret silam, Jusuf Kalla yang akrab dipanggil JK memberikan ceramah tentang penyelesaian konflik di hadapan para negosiator perdamaian dunia. Pekan terakhir Maret, JK, yang menerima Doktor (honoris causa) dari UPI Bandung, berbicara di Dubai untuk dalam acara hampir sama, ceramah dan berbagi pengalaman tentang perdamaian di depan para mantan pemimpin dunia. JK memang pantas untuk dijadikan narasumber, karena dialah yang menjadi juru damai di konflik Maluku dan Poso, serta yang paling fenomenal, Aceh.
Dalam sebuah wawancara dengan VAO, JK ditanya soal kesediaan menjadi mediator konflik Palestina-Israel sebagaimana diminta oleh Ketua Bulan Sabit Merah Palestina, Yousin Al Khatib dan Presiden Palang Merah Israel, Noam Yefyah. Tapi JK tidak mengiyakan permintaan itu karena bagi dia tidak gampang memediasi konflik yang sudah karatan tersebut.
Apa yang dilakukan JK dalam berbagi pengalaman masalah penyelesaian perdamaian ini merupakan salah satu kegiatan sosial yang dilakukan setelah pensiun dari wakil presiden. Kegiatan tersebut juga melengkapi kegiatan sosialnya sebagai ketua umum Palang Merah Indonesia (PMI). Tidak salah memang saat itu sekitar 20 ketua PMI daerah bertemu JK di rumahnya. Mereka minta agar JK bersedia mengemudikan PMI.
Ketika menjadi wakil presiden, JK selalu memiliki ide terobosan yang cemerlang. Bukan itu saja, dia juga berani merealisasikan idenya itu meskipun mendapat kritikan dari berbagai kalangan. Ide mengganti minyak tanah dengan gas ukuran 3 kg buat masyarakat merupakan terobosan yang berani. JK tipikal orang yang penuh ide dan berani ambil risiko untuk perubahan.
Ide-ide dan terobosan JK juga tampak dalam mengemudikan PMI. Untuk menambah stok darah yang hampir selalu kekurangan, misalnya, JK menggelar donor darah di mal-mal. JK juga aktif menyambangi perusahaan-perusahaan yang menggelar acara donor darah. Dia juga mengajak selebritis yang menjadi publik figur untuk memberikan contoh baik dengan mendonorkan darahnya. ‘’Kita juga akan bangun pabrik kantong darah,’’ kata JK.
Sejauh ini PMI hanya dikenal melalui donor darah. Persepsi itu coba didobrak JK, bagi dia PMI bukan sekadar mengurus donor darah, melainkan juga kegiatan kemanusiaan lain, termasuk penyelamatan manusia saat terjadi bencana. JK menginginkan PMI menjadi lembaga yang tercepat.
Setiap ada bencana, dalam hitungan enam jam, PMI harus sudah berada di lokasi. Karena itu sekarang PMI melengkapi diri dengan peralatan transportasi, seperti memperbanyak ambulan, perlengkapan mobil serba guna Hagglun, bahkan juga helikopter. Mobil Hagglun PMI menjadi salah satu tulang punggung para relawan ketika mencari korban letusan Merapi pada November 2010.
Demi kecepatan itu pula PMI melengkapi sarana yang memadai di beberapa wilayah yang menjadi pusat penanganan bencana, yakni di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Dengan begitu setiap ada bencana di suatu daerah, PMI yang terdekat dengan lokasi bencana itu akan segera bergerak.
JK juga banyak mengosongkan gudang PMI. Kenapa? Karena bagi dia menyimpan barang di gudang tidak efisien, bahkan barang yang disimpan kadang sudah bulukan ketika harus dibagikan ke masyarakat. JK lebih suka bekerjasama dengan hipermarket dan minimarket di daerah. Jadi pengurus PMI hanya dibekali vocer yang bisa ditukar dengan barang-barang di hipermarket tersebut. Nanti PMI pusat yang membayar.
Jiwa sosial JK memang tidak datang begitu saja. Sejak kecil dia secara tidak langsung sudah diperkenalkan oleh orang tuanya, Haji Kalla untuk peduli kepada masyarakat miskin. "Sewaktu SMP, tiap tahun saya selalu mendapat tugas mencatat, siapa yang berhak memperoleh zakat dan kemudian membaginya," kenang JK.
Dalam perjalanan hidupnya, JK telah melewati berbagai sisi kehidupan. Semula dia adalah seorang pebisnis. Dengan meneruskan usaha perdagangan yang dirintis oleh ayahnya, CV Kalla, JK berhasil menjadikan perusahaan itu bertanding di pentas nasional, yakni dengan bendera Kalla Grup dan Bukaka.
Dari situ kemudian nama JK makin menasional. Meskipun sempat ‘dipecat’ dari posisi menteri oleh Gus Dur, JK kembali dijadikan menteri oleh Megawati sebagai Menko Kesra. Dan berlanjut menjadi wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono. Beberapa bulan setelah jadi wapres dia diminta berkompetisi menjadi ketua umum Golkar di Bali. Dan menang.
Pada 2009, Susilo tidak mau lagi didampingi JK. Karena itu JK maju sendiri menjadi calon presiden. Nah dalam sebuah debat capres di stasiun televisi, JK sempat ditanya "apa yang Anda lakukan nanti apabila tidak terpilih sebagai presiden?" Jawab JK waktu itu adalah "Saya mau pulang kampung, mengurus masjid dan kerja di bidang sosial."
Janji untuk bekerja di bidang sosial itulah yang ditangkap oleh beberapa pengurus daerah PMI. Maka mereka ke rumah JK menagih janji JK untuk bekerja di bidang sosial, dan yang kemudian ditawarkan adalah menjadi Ketua Umum PMI. Alhasil pada 22 Desember secara aklamasi JK terpilih jadi Ketua Umum PMI.
..........TERKAIT..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar