Senin, 08 Agustus 2011

RENDRA DALAM MAKNA

Rendra yang kami cintai
Berpindah rumahnya
Dari penglihatan dan pengetahuan
Menuju rumah sejati abadi
Yang bernama makna, keyakinan dan cinta

Kemarin kami melihatnya
Sehingga tak sanggup memaknainya
Kemarin kami sibuk bersombong merumuskan pengetahuan tentangnya
Sehingga terbentang jarak untuk mampu mencintainya
Kemarin bersamanya kami semua terpenjara oleh eksistensi dan kepentingan
Sehingga menjadi terlalu bodoh untuk menemukan keyakinan tentang ruh Tuhan yang bersemayam di dalam jiwa puisi-puisinya

Rendra yang kami cintai
Maafkanlah kekerdilan kami
Yang terus kami festivalkan sampai hari ini
Kekerdilan atasmu
Buta makrifat padamu
Tabir tertutup di depan kasyaf cintamu

Wahai Tuhan yang Rendra telah berada padamu
Lindungilah kami semua dari bunyi mulut para pentakabur ilmu
Yang mengipas-ngipaskan kata-kata bahwa kehidupan ini adalah dan hanyalah kehidupan ini
Di mana kematian merupakan ujung darinya

Wahai Tuhan, kami tidak berduka
Karena Rendra tak kan pernah berakhir

Wahai Tuhan, kami tidak kehilangan Rendra
Karena Engkau sendiri yang menyatakan bahwa para Syahid sama sekali tidaklah pernah mati
Dan karena dengan segala suka cita kamipun menyatakan
Bahwa Rendra lebih hidup dalam jiwa kami melebihi saat ia hidup sejenak selama waktu yang Engkau pinjamkan kepadanya

Wahai Tuhan, orang yang duduk paling dekat di sisi-Mu bukanlah orang besar, orang hebat atau orang masyhur
Orang yang duduk paling dekat di sisi-Mu, adalah orang yang bekerja keras untuk mencari-Mu

Wahai Tuhan, orang yang paling berjarak dari maqam-Mu bukanlah orang yang berwarna hijau, merah atau putih; juga bukan orang yang dunia menjunjungnya atau merendahkannya, yang peradaban manusia mengakuinya atau mencampakkannya
Orang yang paling berjarak dari maqam-Mu, orang yang mencari-Mu dengan bekal cinta dan rindu

Wahai Tuhan, hamba yang Engkau terima di pihak-Mu dengan ketenteraman dan keteduhan
Bukanlah orang-orang utama dalam iman, ilmu, estetika atau kawaskitaan
Hamba yang Engkau terima di pihak-Mu dengan ketenteraman dan keteduhan, adalah hamba yang rela mentiadakan dirinya, melebur pada-Mu, hingga hamba tak ingat lagi nama dan dirinya sendiri, karena dipenuhi oleh nyanyian terindah “La ilaha illlallah, La ilaha illallah”

Kadipiro 21.43 WIB, 7 Agustus 2011.
Muhammad Ainun Nadjib

..........TERKAIT..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...