Siapakah Jose Mourinho?
Ia adalah seorang pria berkebangsaan Portugis dan media Inggris menjulukinya 'The Special One'. Dari julukannya saja, kita akan mengetahui bahwa sosok ini bukanlah seorang pria yang biasa. Terlahir pada tanggal 26 Januari 1963 di kota Setubal, Jose Mourinho adalah seorang putra dari kiper nasional Portugal, Jose Felix Mourinho. Selayaknya anak-anak Portugal yang lain, ia berkeinginan pula meneruskan tradisi keluarganya sebagai seorang pemain Sepak Bola, namun dikarenakan minimnya skill bermain bola yang ia miliki maka ia berganti jalur dengan belajar manajemen di sekolah bisnis. Namun, karena ini semata hanya permintaan dari ibunya, maka tidak mengherankan kalau hatinya tidak berkenan. Alhasil, ia keluar dari sekolah tersebut setelah hanya belajar satu hari.
Jose Mourinho tidak bisa mengalihkan kecintaannya pada dunia olahraga terutama sepak bola. Terinspirasi oleh ayahnya yang menjadi pemain dan kemudian pelatih, ia pun memfokuskan dirinya menjadi seorang pelatih sepak bola. Hanya saja, karena ilmu yang ia miliki terbatas, maka ia pun belajar di Instituto Superior de Educacao Fisica (ISEF), di Universitas Teknik di kota Lisbon. Di sana, Jose muda belajar ilmu olah raga. Selama menjalani masa studinya, ia pun melamar dan menjadi guru olah raga di berbagai sekolah di Portugal dan ia menjalani kehidupan seperti ini selama lima tahun sebelum ia menerima ijazah diplomanya dengan nilai-nilai yang sangat mengagumkan.
Setelah ia menerima diploma, ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai pelatih di sekolah, Ia kemudian menjadi pelatih tim muda di salah satu klub sepak bola di kotanya, Vitoria de Setubal pada awal tahun 1990-an. Kemudian setelah sempat berganti-ganti klub, Mourinho kemudian mengambil tantangan berikutnya, untuk menjadi penerjemah pada salah satu pelatih hebat saat itu, Bobby Robson, yang saat itu menjadi manajer baru klub Sporting Lisbon. Bobby Robson saat itu membutuhkan penerjemah yang mengerti sepak bola, maka ia mencari seorang pelatih sepak bola yang berkemampuan berbahasa Inggris yang baik. Tanpa menyia-nyiakan salah satu kesempatan untuk belajar, Jose Mourinho menerima tantangan tersebut.
Pertemuan dengan Bobby Robson ini merupakan titik tolak keberhasilan Jose Mourinho dalam dunia kepelatihan. Keduanya ternyata sangat cocok, mereka pun terlibat sangat dalam, hingga mereka pun saling berdiskusi mengenai taktik dan teknik-teknik kepelatihan. Robson sangat menyukai gaya Mourinho, sehingga ketika ia dipecat dari Sporting Lisbon dan kemudian ia menangani salah satu tim terbesar Portugal, Porto pun, ia membawa Jose turut serta ke klub barunya. Mourinho yang masih muda dan benar-benar ingin belajar, dengan senang hati mengikuti kepindahan Bobby Robson ini. Kecocokannya dengan Bobby Robson pun semakin terbukti ketika setelah dua tahun bersama di Porto, Robson pindah ke klub besar Spanyol, Barcelona. Ternyata Mourinho memutuskan untuk ikut serta ke Spanyol. Maka ia pun memboyong keluarganya ke kota Barcelona. Perannya semakin besar di klub Catalan ini, ia ikut menghadiri konferensi pers, merencanakan sesi latihan, dan membantu menasihati pemain dalam hal taktik dan analisa lawan mereka. Kecocokan mereka berdua menghasilkan sebuah trofi Eropa yaitu European Cup Winners' Cup pada tahun 1996.
Kecocokan keduanya sebenarnya bukan karena kesamaan mereka, karena mereka berdua sebenarnya memiliki karakter taktik yang berbeda, Robson yang menyukai menyerang berbeda dengan Mourinho yang memperhitungkan gaya bertahan yang kuat. Robson yang bergaya manajemen manusia langsung, berbeda dengan Mourinho yang memiliki perencanaan yang kuat. Namun kesamaan visi mereka, yaitu ambisi untuk menanglah yang menyatukan mereka. Namun Bobby Robson pindah dari Barcelona pada tahun 1996, dan kepindahan kali ini tidak diikuti oleh Mourinho karena Barcelona menahannya untuk tetap menjadi asisten manager klub tersebut. Perpisahan mereka ini tidak mengakhiri persahabatan dua orang berbeda Negara tersebut. Jose menyatakan bahwa ia banyak belajar dari Bobby Robson. Pada satu kesempatan ia mengatakan bahwa, "salah satu hal terpenting yang saya pelajari dari Bobby Robson adalah ketika kamu menang, janganlah berpikir bahwa kamulah timnya, dan ketika kamu kalah, janganlah berpikir bahwa kamu adalah sampah." Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bagaimana Jose belajar bahwa kemenangan ataupun kekalahan bukan segalanya. Ketika kita mampu menggapai kemenangan, diharapkan kita tidak sombong, dan ketika kita mendapatkan kekalahan, jangan pernah beranggapan bahwa kita hanya seonggok sampah.
Di tahun keduanya di Barcelona, Jose mendapat kesempatan untuk belajar pada salah satu pelatih terhebat di dunia lainnya, yang juga memiliki gaya kepelatihan berbeda dengan Bobby Robson, yaitu Louis Van Gaal, seorang berkebangsaan Belanda. Bersama Van Gaal, ia memenangkan dua juara Liga Spanyol dalam dua tahun, sebuah prestasi yang mengagumkan. Melihat bakat yang dimiliki Jose, Van Gaal berpendapat bahwa seharusnya Jose tidak hanya menjadi assistant manager, maka Van Gaal memberinya kepercayaan untuk menjadi pelatih kepala di klub Barcelona B, klub Barcelona lainnya yang berisi banyak pemain muda berbakat binaan klub Barcelona.
Setelah itu, karir kepelatihan Mourinho berkembang pesat, ia pun dipercaya menjadi pelatih kepala di klub Benfica, di Portugal. Setelah beberapa lama di sana, dan terlibat perselisihan dengan Presiden klub tersebut, maka Mourinho memutuskan untuk pindah ke klub Portugal lainnya, Uniao de Leiria. Di sini pencapaian tertingginya pun terjadi, ia berhasil mengangkat klub medioker Portugal ini menempati posisi ke lima di klasemen akhir Liga Portugal.
Selanjutnya pada bulan Januari 2002, FC Porto, klub besar Portugal menunjuknya menjadi pelatih kepala menggantikan Octavio Machado yang gagal membawa Porto ke posisi yang memuaskan sampai pertengahan musim 2001-2002. Pada klasemen akhir, ia membawa klub ini ke posisi tiga dan selanjutnya ia menjanjikan bahwa musim selanjutnya Porto akan menjadi juara.
Dan ia pun membuktikannya, pada musim 2002-2003, Mourinho membawa FC Porto juara Liga Portugal. Tak hanya itu, Mourinho juga membawa klubnya meraih juara Piala Portugal dan piala UEFA. Kesuksesannya dengan Porto ternyata tidak hanya itu saja, setelah memulai musim baru dengan kegagalan dalam perebutan piala Super Eropa dengan kalah 0-1 dari klub Italia, AC Milan, Mourinho membawa timnya kembali juara Liga Portugal. Meskipun ia gagal mempertahankan Piala Portugal, ia membayarnya dengan menjadi juara Liga Champions UEFA, tempat di mana klub-klub top Eropa berada, dan klub dari Portugal memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk juara liga ini. Sebuah kesuksesan yang melambungkan nama Jose Mourinho.
Setelah kesuksesan ini, klub-klub atas Eropa berebutan untuk memakai jasanya. Setelah kedatangan milyuner Rusia ke Inggris dengan membeli klub Chelsea, maka terjadilah revolusi di klub ini, dan Abramovich berhasil mendatangkan Mourinho. Pada wawancara pertamanya ia mangatakan "Tolong, jangan sebut saya sombong, namun saya adalah juara Eropa dan saya pikir saya spesial (Special One)" Maka kemudian media-media Inggris dan berimbas ke media-media seluruh dunia mulai menyebutnya sebagai "The Special One".
Di sana ia mencapai kesuksesan yang sangat besar dengan meraih beberapa prestasi seperti juara Liga Inggris, juara piala FA, juara piala Liga Carling dan juara Charity Shield. Di sini ia pun berhasil mengorbitkan pemain-pemain menjadi hebat seperti Frank Lampard dan Didier Drogba. Ia mengatakan, "Siapakah (Frank) Lampard, (John) Terry, dan (Didier) Drogba dua tahun lalu? Pastinya mereka bukan bintang dunia. Dan saat ini siapakah mereka? Mereka sudah seperti (Andrei) Shevchenko dan (Michael) Ballack." Di Inggris, Jose Mourinho merupakan bintang media, setiap kata-kata dan tindak-tanduknya menjadi santapan media Inggris. Kesukaannya akan perang kata-kata dan permainan otak dengan manajer klub Inggris lainnya membuat ia menjadi sosok yang penuh kontroversi. Setelah tiga tahun bersama dengan Chelsea, pada tahun 2008, ia pun pergi dari sana karena hubungannya menjadi tidak harmonis dengan pemilik klub, Roman Abramovich. Namun ia sangat terkesan dengan persepakbolaan Inggris, ia mengatakan bahwa ia memiliki tiga musim yang fantastis dan fans sangat mendukungnya. Ia juga berjanji untuk kembali suatu hari nanti.
Setelah ia terbuang dari Chelsea, ia pun ditarik oleh Massimo Moratti, seorang taipan minyak Italia dan pemilik klub Internazionale Milan atau yang biasa disebut Inter Milan. Di sini ia pun meneruskan tradisinya sebagai seorang pelatih juara dengan membawa Inter meraih berbagai piala domestik seperti Liga Italia, Coppa Italia dan Piala Super Italia. Hubungannya dengan media dan pelatih lain pun masih menjadi kontroversi. Kesukaannya berperang kata-kata dengan pelatih-pelatih klub lainnya membuatnya tidak disukai oleh sebagian pelatih di sana, namun ia juga tidak sedikit mendapat simpati dan dukungan dari pelatih-pelatih lainnya. Pada media Italia, ia mengatakan pada saat konferensi pers pada bulan Maret 2009, ia menuduh bahwa pers Italia sebagai 'prostitusi intelektual'.
Setelah melalui perjalanan yang panjang dalam karir kepelatihannya, Jose Mourinho pada tanggal 6 April 2010, menjadi pelatih pertama yang bisa membawa tiga klub berbeda menjadi semifinalis liga Champions UEFA. Setelah berhasil menyingkirkan Barcelona pada semifinal liga Champions UEFA musim ini, maka ia berkesempatan menjadikan Inter Milan juara setelah tahun 1989 dengan mengalahkan klub Jerman, Bayern Muenchen, yang kebetulan dilatih oleh Louis Van Gaal, mantan mentornya di Barcelona.
Kini Jose Mourinho berlabuh di Real Madrid. Namun, belum saatnya membahas kesuksesan (atau kegagalan?)-nya bersama klub barunya ini.
Gaya Kepemimpinan Jose Mourinho
Setelah membaca ringkasan biografinya di atas, maka kita mengenal bahwa Jose Mourinho adalah sesosok yang penuh kontroversi. Namun, kita harus mengakui bahwa orang ini adalah seorang pemimpin yang hebat. Selanjutnya kita akan memahami gaya kepemimpinan dengan pendekatan Trait seperti apakah yang ia miliki untuk kesuksesannya hingga saat ini. Terlebih lagi sifat kepemimpinan yang bagaimana yang ia miliki dan bisa kita pelajari. Pendekatan trait dalam kepemimpinan memang mengandung banyak kontroversi dikarenakan tolok ukur yang tidak jelas dan gamblang, namun banyak ahli menyatakan bahwa pendekatan trait ini memang memengaruhi seorang pemimpin.
Para ahli seperti Lord, DeVader, dan Alliger menemukan bahwa trait kepribadian memiliki pengaruh yang kuat dalam hubungannya dengan persepsi seseorang tentang kepemimpinan. Dalam penemuan itu memang berarti bahwa pendekatan trait dalam kepemimpinan memiliki tingkat relativitas tertentu, karena kepribadian antara seorang yang satu dengan yang lainnya pasti berbeda. Demikian pula dengan Kirkpatrick dan Locke yang menyimpulkan bahwa pemimpin yang efektif sesungguhnya bertipe-tipe berbeda dalam kepribadiannya.
Northouse kemudian menyatakan bahwa pendekatan trait ini 'hidup' dan 'baik'. Ini diawali dengan penekanan pada identifikasi kualitas orang-orang besar; kemudian melihat dampaknya pada situasi kepemimpinan; dan yang paling akhir adalah penekanan kembali pada peranan kritis pada trait dalam kepemimpinan yang efektif.
Jose Mourinho adalah sosok yang sempurna dalam contoh kepemimpinan yang efektif dalam pendekatan trait, dia memiliki karakteristik pemimpin yang digambarkan oleh ahli-ahli kepemimpinan trait.
Kemudian Northouse menyimpulkan dari beragamnya pendapat para ahli yang hampir berlangsung terus selama satu abad bahwa dari beragamnya ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh kepemimpinan trait terdapat beberapa karakter yang menjadi sentral dalam kepemimpinan trait. Yaitu:
- Kecerdasan
- Kepercayaan diri
- Determinasi
- Integritas
- Sosialitas
1. Kecerdasan
Kecerdasan atau kemampuan intelektual memiliki peranan yang cukup penting dalam kepemimpinan. Menurut Zaccaro, Kemp, dan Bader, pemimpin cenderung memiliki tingkat kecerdasan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang bukan pemimpin. Seorang pemimpin yang cakap biasanya mereka juga cerdas. Kecerdasan itu juga mempengaruhi kemampuan bicara, persepsi, dan cara berpikir seseorang dalam menjadi pemimpin yang baik.
Kecerdasan kadangkala berkaitan dengan bagaimana kompetensi seorang pemimpin. Menurut Maxwell, kompetensi lebih dari sekadar kata-kata. Kompetensi adalah kemampuan seorang pemimpin untuk berkata-kata, membuat rencana, dan bertindak sedemikian rupa hingga orang lain mengetahui bahwa pemimpin ini mengetahui caranya dan orang lain itu mengetahui bahwa ia ingin mengikuti pemimpin itu.
Jose Mourinho adalah orang yang sangat kompeten dalam pekerjaannya. Hal ini terlihat tentang bagaimana ia sejak awal memang bertujuan untuk hidup dalam dunia sepak bola. Ketika ia menyadari bahwa jika berkarir sebagai pemain sepak bahkan ia tidak akan lebih baik daripada ayahnya, maka ia belajar Sports Science di salah satu universitas di kota Lisbon. Ia menyadari bahwa tidak perlu menjadi pemain hebat untuk menjadi pelatih hebat. Selain melalui pendidikan formal, Jose Mourinho juga sering mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga internasional, seperti kursus kepelatihan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Sepakbola Inggris dan Skotlandia. Ia bahkan menyadari bahwa kepelatihan tidak melulu mengenai teknik bertanding semata, namun banyak hal yang mempengaruhinya, antar lain adalah psikologi. Karena itu ia terkenal dengan bagaimana ia mampu memotivasi pemain dengan baik.
Selanjutnya Jose Mourinho selalu menghabiskan waktunya untuk belajar. Ia selalu menyukai mempelajari berbagai macam hal. Sikap mau belajar ini sangatlah penting. Maxwell mengatakan untuk terus belajar di bidang di mana kita sudah menjadi ahli agar tidak menjadi enggan belajar. Seusai Jose Mourinho lulus dari pendidikan formalnya, ia pun melatih kompetensi yang ia miliki dengan menjadi seorang guru olahraga, namun, ia tidak puas hanya dengan pencapaian itu semata. Ia menyadari kemampuan yang ia miliki, namun ia mengerti, bahwa untuk mencapai kesuksesan, jalan yang ia tempuh tidak akan mulus. Karena itu Jose Mourinho menunjukkan sikap ingin belajar. Ketika ada kesempatan untuk menjadi seorang interpreter untuk pelatih terkenal dunia Bobby Robson pun ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia mengerti, bahwa dengan hanya menjadi interpreter pun ia bisa mendapatkan banyak hal. Terbukti dengan kenyataan bahwa Bobby Robson juga tertarik dengan kepribadian Mourinho dan ia bahkan membawanya dari tanah Portugal untuk mendampinginya ke tanah Spanyol. Selain belajar dengan Robson, Mourinho juga memberikan pandangan-pandangan yang ia miliki dan pahami dalam dunia kepelatihan sepak bola.
Ketika pergantian kepelatihan di klub Barcelona terjadi, dari Bobby Robson ke Louis Van Gaal, Jose Mourinho juga menyadari, bahwa dia juga akan memiliki kesempatan untuk belajar dari pelatih yang memiliki gaya berbeda dibanding dengan Robson. Maka ia pun bersenang hati untuk tinggal di Barcelona dan belajar dari mentornya yang baru ini.
Ketika menjadi pelatih klub besar seperti Porto, Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid, Jose Mourinho masih menunjukkan sikapnya yang mau belajar, terutama bahasa. Bahasa menjadi perhatian utama Jose Mourinho, karena menyadari bahwa klub sepak bola saat ini sudah seperti dunia mini, di mana di dalamnya terlibat berbagai macam orang dari seluruh penjuru dunia. Jose merasa bahwa dengan berbicara menggunakan bahasa asal pendengarnya, maka ia akan mendapat penghormatan lebih besar dari si pendengar tersebut. Jose juga menyadari bahwa pemberian instruksi dan motivasi dengan bahasa asli pemain akan lebih bermakna jika keluar dari mulutnya sendiri.
Selain dari sisi motivasi dan psikologi, Mourinho pun tidak jumawa pada kekuatan timnya. Ia menyadari bahwa pelajaran akan tim yang akan dihadapi tidak akan ada habisnya. Karena itu ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk menganalisa tim yang akan ia lawan pada esok harinya. Sebelum menghadapi AS Roma pada final Coppa Italia 6 Mei 2010 lalu, Mourinho menghabiskan banyak waktu untuk mempelajari kekuatan lawannya. Ia mengatakan bahwa sebelum final, ia menyaksikan enam rekaman pertandingan Roma untuk mencari titik lemah. Ia menghabiskan 18 jam untuk itu, tiga jam per pertandingan. Setelah itu ia menghabiskan berjam-jam waktu untuk mengeksploitasi kekuatan tim.
2. Kepercayaan diri
Dalam pendekatan karakter (trait approach), salah satu faktor yang menentukan seorang pemimpin adalah kepercayaan diri. Northouse dalam bukunya Leadership: Theory and Practice menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah kemampuan untuk memahami kompetensi dan keterampilan yang ia miliki. Kepemimpinan adalah bagaimana kita bisa mempengaruhi orang lain, dan kepercayaan diri membuat pemimpin yakin akan pendekatan yang ia lakukan adalah benar dan baik.
Kepercayaan diri ini sangat erat dengan karakter juara yang dimiliki Jose Mourinho. Karakter juara ini biasanya dimiliki oleh seorang yang memiliki kepercayaan diri tinggi. Bernard Montgomery, Jenderal Inggris pada PD II, pernah berkata bahwa kepemimpinan adalah kemampuan serta kemauan untuk menggalang orang mencapai sebuah tujuan, serta karakter yang membangkitkan keyakinan. Karakter seseorang dapat terlihat ketika ia mendapati dirinya dalam suatu kesulitan. Apakah ia akan terjatuh dalam sikap berkompromi atau ia akan memilih karakternya, yaitu meninggalkan sikap kompromi dan berjalan tegak dalam keyakinan dirinya akan pandangan hidupnya. Mourinho menunjukkan sikap ini ketika ia memilih untuk meninggalkan klub-klub yang pemimpinnya sudah tidak sejalan lagi dengannya. Tidak masalah dengan hatinya yang sedih karena kecintaannya pada klub itu, ataupun para fans dan pemain yang selalu berada di belakangnya, ketika ia sudah tidak sejalan dengan pemimpinnya, maka ia memutuskan untuk pergi.
Keyakinannya akan suatu itu tidak mustahil memang sangat hebat. Ia meyakini bahwa juara itu bisa diraih dengan kerja keras dan karakter yang kuat. Hal ini terjadi ketika ia menangani Benfica dan Chelsea. Ia juga meyakini bahwa seorang juara itu layak dihormati. Hal ini tercermin ketika ia datang ke Inggris dan kata-kata pertama yang ia ucapkan saat itu adalah, "Saya telah membaca bahwa saya harus membuktikan banyak hal dalam persepakbolaan Inggris. Sir Alex Ferguson, adalah satu-satunya juara Eropa di Negara ini, tiada lagi orang lain. Jadi apalagi yang harus saya buktikan?" Ia mengatakan itu karena ia adalah seorang pelatih juara juga. Ia telah membawa FC Porto menjadi juara Eropa, maka ia berpendapat bahwa selayaknya ia mendapat penghormatan yang pantas.
Hal lain yang ia tunjukkan sebagai seorang juara adalah dengan menunjukkan empati pada pemain-pemainnya. Jose Mourinho tidak malu untuk datang dan mengucapkan selamat bagi pemain-pemainnya saat mereka menang, mulai dari Kapten tim. Bahkan ia juga tidak segan untuk memeluk mereka dan mengusap kepala mereka. Hal ini jarang sekali ditunjukkan oleh pelatih-pelatih lainnya. Ia selalu menunjukkan bahwa kebersamaan itu penting. Terbukti, dalam salah satu wawancara, ia mengatakan, "Saya benci untuk berkata tentang pemain secara individu. Pemain tidak memenangkan trofi, skuadlah yang memenangkan trofi." Hal ini menunjukkan bahwa ia percaya akan kesatuan tim. Tidak ada yang spesial dalam sebuah tim, satu sama lainnya saling mendukung. Hal ini sangat baik bagi para pemain untuk membangkitkan kepercayaan diri mereka bahwa mereka merupakan bagian penting dalam tim.
Dengan menunjukkan sikap empati ini, kepercayaan diri Jose Mourinho akan menular pada para pemainnya. Para pemain akan menunjukkan kepercayaan diri dan determinasi tinggi dalam bertanding. Hanya saja, kepercayaan diri yang dibangun pada tiap pemainnya adalah bagaimana seorang pemain itu berfungsi dalam tim. Bukan berpikir mengenai bagaimana tim tanpa saya, melainkan berpikir bagaimana saya tanpa tim. Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan diri dari tim yang diasuhnya adalah kepercayaan mengenai kebersamaan, bagaimana mereka saling membutuhkan satu sama lainnya.
3. Determinasi
Selain kemampuan intelektual dan kepercayaan diri, seorang pemimpin juga diharapkan untuk memiliki determinasi yang tinggi untuk mencapai tujuannya. Hal ini sangat penting untuk memotivasi para pengikut. Northouse menjelaskan bahwa determinasi adalah keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan dan meliputi berbagai karakteristik seperti inisiatif, konsistensi, dominan, dan kemampuan mengendalikan.
Northouse juga menjelaskan bahwa dengan menjadi pemimpin yang penuh determinasi, itu berarti pemimpin tersebut harus menunjukkan dominasinya pada saat-saat atau situasi di mana para pengikutnya membutuhkan arahan. Karena itu, pemimpin yang memiliki determinasi adalah pemimpin yang proaktif, dan memiliki kemampuan yang baik dalam menghadapi berbagai permasalahan dan hambatan yang menghalangi jalannya organisasi yang dipimpinnya untuk meraih visi organisasi tersebut.
Ketika menangani Chelsea, yang baru saja diambil alih kepemilikannya oleh taipan Rusia, Roman Abramovich, Jose Mourinho menunjukkan bahwa ia pantas dengan sebutan Special One dan dia juga menunjukkan bahwa ia pantas pula menyandang pelatih juara Eropa. Determinasi dan dominasinya dalam menangani tim membuat para pemainnya menghormatinya. Dia selalu menunjukkan bahwa determinasi yang ia buat merupakan bagian dari komitmennya dalam menuju visi tim yang ia bela.
Komitmen merupakan faktor penting seorang pemimpin untuk berhasil membawa pengikutnya ke tujuan yang benar. Stephen Gregg, Direktur Utama Ethix Corp, mengatakan bahwa orang takkan mengikuti para pemimpin yang tidak memiliki komitmen. Komitmen tampak dalam berbagai aspek, termasuk jam kerja, usaha Anda dalam meningkatkan kemampuan, atau pengorbanan apa yang Anda lakukan bagi rekan sekerja Anda. Menurut Maxwell dalam bukunya The 21 Indispensable Qualities of A Leader, bahwa jika kita ingin menjadi pemimpin yang efektif, kita harus memiliki komitmen. Pengikut hanya akan percaya kepada pemimpinnya hanya jika pemimpin tersebut percaya kepada tujuannya sendiri.
Jose Mourinho menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang berkomitmen kuat. Ia sadar bahwa ia adalah seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menunjukkan komitmennya akan pekerjaannya setiap saat. Jose Mourinho mengatakan bahwa kepemimpinan dapat dirasakan melalui hal-hal terkecil seperti, detail terkecil, yang terlihat dari, atau hanya kehadiran dari pemimpin itu sendiri. Selama ia melatih, ia menyadari bahwa ia adalah seorang role-model. Ia membuktikannya melalui hal-hal terkecil yang ia tunjukkan pada pemainnya, mulai dari pakaian hingga cara melatih dan bahkan ia menunjukkan komitmennya melalui caranya berbicara dengan pemain. Ia sangat menyadari bahwa kepemimpinannya harus ia terapkan setiap hari.
Kehadirannya dalam tim menginspirasikan pemain-pemain yang ia latih juga berkomitmen pada tim. Mereka merasa bahwa tim itu adalah milik mereka. Hal ini terjadi karena Jose Mourinho memiliki komitmen yang kuat untuk bekerja dengan keras demi tim yang ia miliki. Untuk memiliki komitmen yang kuat ini, dibutuhkan rasa kesadaran untuk tahu Integritas adalah suatu kualitas dari kejujuran dan kepercayaan. Orang yang bertahan pada prinsip hidup yang kuat dan berani mengambil tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya adalah orang yang memiliki integritas. Pemimpin yang berintegritas menginspirasikan kepercayaan terhadap pengikutnya, sehingga mereka akan bersikap setia, bergantung dan percaya sepenuhnya pada sang pemimpin. Inilah yang terjadi pula pada skuad Jose Mourinho.
apa yang Anda lakukan, serta kapan dan untuk apa Anda akan melakukannya. Bahkan hasilnya pun terkadang di luar ekspektasi kita. Komitmen yang ditunjukkan oleh para pemain Chelsea terhadap kepemimpinan Jose Mourinho menjadikan mereka mau berkorban untuk terus bermain tanpa menghiraukan rasa sakit yang sedang mereka alami. Hanya dengan sedikit obat penahan rasa sakit, mereka tetap berkomitmen untuk bermain di lapangan. Semua ini karena mereka telah tertular oleh rasa komitmen yang dimiliki oleh pemimpin mereka, Jose Mourinho.
Rasa memiliki dan komitmen inilah yang menjadikan Jose Mourinho dicintai oleh segenap elemen tim yang ia latih. Saat ia meninggalkan Chelsea pada tanggal 20 September 2007, semua elemen tim seperti staf pelatih, pemain, dan bahkan fans berkaca-kaca. Ia sempatkan dirinya untuk berpamitan pada mereka dan ini berlangsung selama 3 jam. Jose menyadari bahwa timnya ini adalah sebuah kesatuan, sebuah keluarga. Mourinho menyempatkan dirinya untuk berbicara satu per satu dengan pemain dan staf yang mengantar kepergiannya. Semua ini terwujud karena komitmen dari seorang Jose Mourinho.
4. Integritas
Integritas yang dimiliki oleh Jose Mourinho sangatlah kuat. Ia memiliki pandangan yang ia anggap benar dan ia yakini benar. Ia tidak ingin dicampuri, bahkan oleh si pemilik klub itu sendiri. Hal ini terjadi ketika ia datang ke Chelsea, klub ini tidak memiliki pemain-pemain juara. Tim ini memiliki pemain-pemain berbakat seperti John Terry, Frank Lampard, dan Joe Cole. Dalam proses kepelatihannya, Jose Mourinho membuat mereka menjadi pemain kunci tim nasional Inggris. Nama-nama mereka pun menjadi idola bagi pesepak bola muda saat ini. Kemampuan mereka sebagai pesepak bola tidak diragukan lagi. Begitu pula dengan Didier Drogba. Kedatangan awalnya dari Marseille sempat diragukan oleh publik. Ia bukanlah sosok yang terkenal. Namun pada beberapa musim setelahnya, ia mampu menjadi top skor di liga Inggris, dan ia pun menjadi pemain kunci yang membawa Chelsea meraih beberapa trofi juara. Drogba pun sempat terpilih menjadi pemain terbaik Liga Inggris dan lebih besar lagi menjadi pemain terbaik Afrika.
Integritas yang Jose Mourinho miliki tercermin ketika Abramovich mendatangkan Michael Ballack dan Andrei Shevchenko, yang pada saat itu merupakan pemain bintang. Mourinho dan Abramovich sempat bersitegang karena Mourinho sebenarnya tidak membutuhkan mereka. Bahkan ia berani mengatakan pada Abramovich untuk memecatnya karena ia telah berani mencampuri pekerjaan Jose Mourinho. Ia tidak takut akan kehilangan pekerjaannya. Ia tidak pula takut akan kehilangan 5,2 juta pounds setahun gajinya. Itu semua karena integritasnya. Sebagai hasilnya, kedua pemain itu harus bekerja keras untuk menjadi pemain utama Chelsea. Mourinho pun tak segan menempatkan mereka ke dalam tim cadangan. Ketika Abramovich meminta Chelsea bermain 'menghibur', kembali Jose Mourinho menolaknya. Ia berpendapat bahwa sepak bola efisien yang akan lebih berhasil. Sekali lagi Jose Mourinho menempatkan integritasnya sebagai pelatih juara di atas segalanya. Ia rela kehilangan pekerjaan, hanya karena pimpinannya sudah tidak sejalan dan tidak menghormati integritasnya sebagai seorang pelatih.
5. Berjiwa Sosial
Northouse mengatakan berjiwa sosial dalam kepemimpinan berarti kecenderungan pemimpin untuk mencari hubungan sosial yang menyenangkan. Pemimpin-pemimpin yang berjiwa sosial biasanya ramah, menyenangkan, sopan, cerdas, dan diplomatis.
Jose Mourinho mungkin merupakan sosok yang tidak pernah terpikirkan bahwa ia adalah seorang pemimpin yang berjiwa sosial. Yang terlihat bagi masyarakat kebanyakan adalah bahwa sosok Jose Mourinho adalah sosok yang sombong, yang suka mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kontroversial. Hal ini terlihat ketika dia menangani Chelsea dan Inter Milan, di mana ia suka berperang kata-kata dengan pelatih-pelatih lainnya. Namun dalam hidupnya yang nyata, Jose Mourinho merupakan sosok yang ramah. Ia adalah pecinta keluarga, setiap kali ia mengalami hari yang buruk dan sial dalam dunia pekerjaannya, maka ia akan menceritakan pada wartawan mengenai keluarganya dan bagaimana ia selalu menyempatkan diri bersama-sama dengan keluarganya menonton pertandingan gulat. Keluarga merupakan pusat kehidupan dari seorang Jose Mourinho. Ia pernah mengatakan bahwa hal terpenting adalah keluargaku dan bagaimana aku menjadi seorang figur ayah yang baik. Selain keluarga, pemain, staf klub, hingga para fans membuktikan bahwa Jose Mourinho adalah sosok yang sangat berjiwa sosial. Bahkan pelatih-pelatih yang sering bertikai dengannya di media seperti Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger pun merasa kehilangan dirinya ketika ia hijrah ke Inter Milan. Dalam setiap pertemuan pelatih liga Inggris, Jose Mourinho pun dapat terlibat dalam percakapan akrab dengan pelatih-pelatih tersebut.
Penutup
Setelah membaca analisa di atas, kita memahami bahwa Jose Mourinho merupakan seorang pemimpin sempurna. Terlepas dari bahwa ia adalah sosok kontroversial, ia selalu membuktikan bahwa ia adalah pemimpin yang baik. Ia dicintai dan dihormati oleh para pemain, staf klub hingga fans klub yang ia bela. Ia juga merupakan satu dari sedikit banyak pemimpin yang sukses dalam kehidupan berkeluarga dan sukses pula dalam kariernya. Sehingga, memang pantas, ketika ia mendapat julukan The Special One.
Sumber: http://fabulous-fiel.blogspot.com/2010/05/jose-mourinho-sebuah-analisa.html
..........TERKAIT..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar