Sabtu, 04 Desember 2010

WIKILEAKS DAN DIPLOMASI

Pembocoran informasi rahasia oleh situs WikiLeaks telah membuat wajah Amerika Serikat merah padam.

Kita tak habis pikir, kok bisa dokumen berklasifikasi rahasia jatuh ke tangan pihak yang tidak punya kewenangan. Kalau saja dokumen tersebut milik negara yang tidak canggih dalam penanganan informasi, hal itu mudah dimengerti. Namun, bukankah yang mengalami kebocoran informasi adalah negara maju dalam teknologi informasi?

Dari kawat diplomatik antara kedutaan AS di sejumlah negara dan Washington, dunia mengerti apa penilaian diplomat AS tentang pemimpin dunia, yang banyak di antaranya merupakan sahabat AS. Ada komentar tentang kanselir Jerman, presiden Perancis, dan mantan pemimpin Inggris. Kalau hanya komentar tentang pemimpin, di negara demokrasi itu hal umum. Yang menghebohkan adalah pengungkapan bahwa pemimpin negara Arab mengimbau AS untuk menyerang Iran guna menghentikan program nuklirnya.

Kita bisa melihat, dalam soal menilai pemimpin, yang jadi kikuk adalah AS, sedangkan untuk soal Iran, tak disangsikan lagi yang terbongkar sikap politiknya adalah negara-negara Arab. Negara Arab sahabat AS memilih tidak mengomentari isi informasi yang dibocorkan ini. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyatakan, ia percaya hubungan diplomatik AS dengan negara yang disebut bisa menahan keguncangan yang terjadi.

Di luar reaksi yang muncul, baik dari negara yang pemimpinnya disebut-sebut dalam kawat maupun dari AS sendiri, pengamat diplomasi bisa melihat dan membandingkan, apa yang disampaikan dalam diplomasi, dan apa yang sebenarnya menjadi isi hati.

Untuk negara Arab, ternyata apa yang diungkapkan di belakang layar berlainan dengan apa yang disampaikan di forum. Seperti dikutip International Herald Tribune, mana berani negara-negara Arab menyampaikan imbauan kepada AS untuk menyerang Iran.

Hal lain yang dapat kita simak dari pembocoran oleh WikiLeaks ini adalah kuatnya visi Julian Assange, pendiri dan pemimpin redaksi situs yang amat masyhur di dunia ini. Kita bisa mengatakan, sungguh berani dia, padahal AS sudah memperingatkan sebelum pembocoran dilakukan.

Kita catat juga misi WikiLeaks, membocorkan informasi rahasia dilakukan untuk memerangi korupsi pemerintah dan korporasi. Itulah keterbukaan yang berani. Kita juga bisa mencatat, ternyata di balik berbagai informasi yang kita tahu, sebenarnya masih ada banyak lagi informasi yang kita tidak tahu, dan boleh jadi maknanya bertolak belakang dari yang kita dengar di ruang publik.

Dalam kaitan ini, kearifan yang bisa kita tangkap adalah di era informasi yang penuh liku dan jebakan, kita tak bisa begitu saja larut dalam kelimpahan informasi. Rupanya tetap—atau bahkan semakin—dibutuhkan kewaspadaan tersendiri. Selain itu, rupanya diperlukan juga komunikasi lebih jujur dan tulus, bahkan di antara pihak yang tergolong sahabat sekalipun.

..........TERKAIT..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...