Sabtu, 11 Desember 2010

KRISIS KEUANGAN, SEPAK BOLA DAN MORAL

"Tanggung jawab yang lebih besar ada pada kalian semua begitu kalian mengenakan kostum nasional Perancis. Tanggung jawab itu, yakni melakukan hal terbaik dalam sepak bola, menjadi contoh karena Anda ditonton. Banyak anak-anak, remaja yang bermain sepak bola dan menjadikan kalian semua sebagai contoh, sebagai idola."

Demikian antara lain kata-kata Menteri Olahraga Perancis Roselyne Bachelot di depan tim sepak bola Perancis pasca-kasus Nicolas Anelka di Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Perancis, juara dunia 1998 dan finalis Piala Dunia 2006, akhirnya tersingkir di babak awal Piala Dunia 2010.

Ungkapan Bachelot ini bermakna sangat dalam sekaligus menggambarkan apa yang sedang terjadi di Eropa dan dunia belakangan ini. Terjadi krisis multidimensi. Krisis keuangan melanda Yunani dan sedang mengancam Italia, Irlandia, Portugal, dan sejumlah negara Eropa lainnya. Indonesia? Hmm...!!!

Kondisi gaji dipotong, ancaman pengangguran, harga-harga bertambah, membuat warga benar-benar di bawah tekanan sosial ekonomi. Dalam situasi begini, sebenarnya, menikmati sepak bola, apalagi merasakan kemenangan tim sepak bola mereka lewat permainan cantik dan elegan, menjadi alternatif pelepas dari semua tekanan.

Sejenak, kepuasan karena Timnas menang, dapat menjadi solusi instan bagi jiwa-jiwa kesepian. Nasionalisme? Hmm... Tidak relevan!

Khusus bagi kita yang membutuhkan solusi berjenak-jenak, jangka panjang, maka larut dalam euforia Tim Garuda malah kian memperburuk keadaan. Time is money! Semakin banyak waktu yang kita maksimalkan berarti semakin banyak uang yang kita dapatkan. Sebaliknya, semakin banyak waktu yang kita "bunuh", juga berarti semakin banyak uang yang kita hamburkan.

Akhirnya, dalam putus asa pun, selalu ada pilihan. Apa yang akan kita pilih?

..........TERKAIT..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...