Rabu, 01 Desember 2010

Habibie & Ainun, Kisah Perjalanan Cinta Sang Profesor

Jakarta - Kisah cinta mereka memang tidak mendunia seperti Romeo dan Juliet. Namun, apalah arti mendunia jika itu hanya kisah rekaan seorang William Shakespeare. Kisah cinta Bacharuddin Jusuf Habibie dan Hasri Ainun Besari tidak hanya nyata, namun juga menginspirasi banyak kalangan.

Tak heran jika peluncuran buku yang berjudul 'Habibie & Ainun' di Hotel Sahid, Selasa (30/11/2010) semalam, dipadati oleh undangan. Puri Agung, ruang terbesar di hotel itu, bahkan tidak mampu menampung para hadirin yang berjumlah kurang lebih 800 orang itu.

"Mohon maaf kami salah estimasi, tidak menyangka akan sebanyak ini yang antusias," kata Ahmad Watik Pratiknya, orang dekat Habibie, sebelum menyampaikan pengantar peluncuran.

Buku setebal 323 halaman itu menceritakan mulai dari awal pertemuan Habibie dan Ainun, sampai akhirnya Ainun (72) menghembuskan nafas terakhirnya karena komplikasi penyakit pada 22 Mei 2010. Habibie menghitung masa hidup bersama Ainun, sejak menikah pada 12 Mei 1962, selama 48 tahun 10 hari.

"Bagi saya pribadi, hikmah menulis buku ini, telah menjadi terapi untuk mengobati kerinduan, rasa tiba-tiba kehilangan oleh seorang yang selama 48 tahun 10 hari berada dalam kehidupan saya," kata Presiden ke-3 RI itu dalam pengantar bukunya.

Habibie masih ingat betul kapan ia pertama kali jatuh cinta kepada Ainun. Saat itu, 7 Maret 1962, Habibie sedang silaturrahim ke rumah keluarga Besari, ayah Ainun, yang terletak di jalan Rangga Malela, Bandung, pada malam takbir. Pandangan mata malam itulah yang akhirnya mengantarkan keduanya pada kisah-kisah romantisme hari berikutnya, sampai akhirnya menikah 3 bulan kemudian.

"Tanpa saya sadari pandangan mata selama dengan Ainun telah menimbulkan perasaan rindu untuk berpandangan lagi," tulis Habibie (halaman 7).

Namun demikian, buku yang diterbitkan The Habibie Center ini, tidak melulu berbicara soal romantisme percintaan. Habibie menulis, istrinya itu juga selalu mendampingi dan mendukung pekerjaannya sebagai menteri. Bahkan saat ia menghadapi masa-masa krisis pada reformasi Mei 1998 dan menjabat Presiden ke-3 RI selama 17 bulan.

Habibie menulis, sebagai istri Anggota Kabinet Pembangunan, Ainun juga aktif dalam organisasi Dharma Wanita. Ainun pernah memimpin Balai Bina Kerta Raharja, lembaga sosial yang bergerak menjadikan para tuna wisma menjadi transmigran.

"Ainun selalu mandiri dan tidak pernah mengeluh dan mengganggu pekerjaan saya. Seberat apapun pekerjaannya, ia selalu memberi senyumannya yang menenangkan saya dan selalu kurindukan sepanjang masa," kenang Habibie (halaman 120).

Dalam bagian akhir bukunya, Habibie juga menulis detik-detik perpisahannya dengan Ainun yang terbaring sakit di rumah sakit Ludwig Maximilian University di Muenchen. Pada 22 Mei 2010 pukul 17.30 waktu Muenchen, Ainun akhirnya pindah ke dimensi lain. Habibie pun membisikkan di telinga belahan jiwanya yang telah pergi itu.

"48 Tahun 10 hari, Allah, Engkau telah menitipi cinta abadi yang menjadikan kami manunggal. Manunggal yang dipatri oleh cinta yang murni, suci, sempurna dan abadi," tulis Habibie (hal 296).

Cerita buku Habibie & Ainun tidak selesai sampai di situ. Setelah Ainun pergi, Habibie terus mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menghantui pikiran dan perasaannya, seperti: "Di mana Ainun berada saat ini? Bagaimana Habibie bisa terhubung dengan Ainun?” Semua dijawab Habibie dengan memanfaatkan pengetahuan, pengalaman dan keyakinannya.

Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta yang menjadi komentator peluncuran buku, Komaruddin Hidayat, mengatakan, melihat sampul buku bergambar Habibie dan Ainun yang sedang mengalungkan tangan, awalnya dia menyangka buku itu hanya menyajikan kisah romantisme ala film India. Namun, anggapan itu berubah ketika ia membaca banyak nilai perjuangan dan pencapaian yang tertulis di dalamnya.

"Awalnya saya menyangka ini seperti film Bollywood, tapi setelah saya baca ini seperti film Hollywood (penuh perjuangan-red)," kata Komaruddin.

Komaruddin juga memuji kemampuan Habibie dalam mengingat detail peristiwa-peristiwa bersama Ainun. Terlebih, Habibie juga kerap menggunakan teori sains untuk menganalogikan peristiwa-peristiwa hidup yang mereka lalui bersama Ainun.

"Habibie bukan hanya profesor engineering, tapi juga profesor cinta," puji Komaruddin.

..........TERKAIT..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...