Jumat, 17 Desember 2010

Walah... Di Belanda, Muslim = Yahudi?

"Yahudi di Belanda lebih baik pindah ke Israel," kata kritikus Islam Frits Bolkestein. Ancaman antisemit dari Muslim Maroko tak kecil, dan menurutnya, akan bertambah banyak. Namun nyatanya, kekerasan terhadap kaum Yahudi justru menurun lima tahun terakhir.

Di sebuah siang pada musim panas di wilayah migran Amsterdam. Seorang rabi melewati segerombolan remaja Maroko. Ketika rabi lewat, salah seorang pemuda berteriak "Ada orang Yahudi lewat!" dan melakukan hormat Hitler. Sebuah kamera tersembunyi merekam insiden tersebut. Pecahlah diskusi panas di Belanda.

Seorang politikus Maroko mengusulkan agar polisi mengirim "jebakan Yahudi" - orang yang menyamar jadi Yahudi - untuk menangkap para antisemit. Tak sampai enam bulan kemudian, Frits Bolkestein putus asa dan menyarankan para Yahudi taat untuk pindah ke Israel.

Apakah orang Yahudi di Belanda benar-benar harus mengkhawatirkan keselamatan mereka? Willem Wagenaar dari Yayasan Anne Frank sudah lima belas tahun menyelidiki kekerasan rasistis di Belanda. Ia melihat perbedaan besar antara diskusi panas yang berlangsung dan keadaan yang sebenarnya.

"Anda mungkin lihat ada imbauan kalau Yahudi di Belanda harus pergi, dan 'perangkap Yahudi' diluncurkan untuk memberantas kekerasan antisemit. Tapi coba lihat lagi berapa banyak insiden yang ditangani dan berapa insiden yang benar-benar terjadi. Kalau mengenal fakta-faktanya, Anda akan berpendapat lain. Lebih jauh kagi, Anda akan bertanya-tanya dan berpikir bahwa menyuruh orang beremigrasi berdasarkan anga lebih menakutkan ketimbang menyelesaikan masalah."

Insiden berkurang

Dari penelitian Wagenaar yang diterbitkan minggu ini, terlihat bahwa beberapa tahun terakhir kekerasan terhadap orang Yahudi dan lembaga Yahudi turun drastis. Banyak pro-kontra yang sebenarnya muncul karena sensitivitas isu antisemit pada masyarakat Belanda. Belanda harus harus membayar kesalahan: selama PD II banyak Yahudi Belanda yang meninggal.

Akibat sejarah kelam ini, media dan politisi Belanda selalu sigap melindungi warga Yahudi. Debat terakhir di media membuat Amsterdam merogoh kantong, mensubsidi 135.000 euro untuk keamanan lembaga-lembaga Yahudi.

Korban Muslim

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa lima tahun terakhir kekerasan terhadap muslim justru bertambah, hanya pada tahun 2009 kekerasan ini berkurang. Musim gugur tahun ini, sebuah masjid ditembaki, masjid lain dibakar, dan banyak rumah ibadah Islam yang menerima surat ancaman. Muslim yang khawatir melakukan penjagaan pada masjid mereka di tengah malam.

Aissa Zanzan dari Uni Masjid Amsterdam mengakui masalah ini, namun ia lebih mengkhawatirkan makian dan pelecehan yang diterima Muslim di jalan. "Hampir tiap hari saya dapat pengaduan, pelecehan terhadap Muslim hampir-hampir dianggap normal. Orang tak lagi peduli jika Muslim dimaki-maki atau diludahi. yang jadi korban makian biasanya perempuan tua atau gadis-gadis muda berjilbab yang terlihat jelas sebagai muslim. Makian mereka beragam, dari 'teroris' - 'Muslim bego' sampai 'pulang saja sana ke negaramu.'"

Menurut Zanzan, pelakunya biasanya orang Belanda berkulit putih dengan latar belakang pendidikan rendah.

Tidak Diakui

Zanzan berpendapat, di Belanda suasana antiIslam menguasai. Dan politisi berusaha mengambil peluang dari hal itu. "Anda akan dipuji jika menghina Muslim," kata seorang Maroko. Ia memberi contoh bahwa ada staf pemerintah kota Amsterdam yang melihat jilbab sebagai simbol penindasan dan ingin melarang jilbab di sekolah.

Menurut Zanzan, staf tersebut tak tahu apa-apa soal Muslimah Amsterdam. "Jilbab justru merupakan bagian dari identitas yang dipilih secara sukarela. Yang justru merupakan penindasan adalah menyuruh perempuan melepas jilbab."

Muslim tak akan bisa mengandalkan dukungan politisi, kata Zanzan. "Cuma ada sedikit pengaduan, dan lebih sedikit lagi yang benar-benar dibicarakan. Banyak korban berpikir: 'kami sudah lama tak diakui, kami tak diinginkan, jadi biarkan saja. Saya tak akan melapor.' Perilaku itu juga ada hubungannya dengan ketidakmampuan untuk bereaksi dengan lantang, apalagi orang-orang itu tidak menguasai bahasa Belanda dengan baik."

Tersembunyi

Mantan walikota Amsterdam Job Cohen bahkan menyatakan bahwa Muslim di Belanda diperlakukan sama seperti kaum Yahudi sebelum PD II.

Ketika antisemitis sepertinya tak akan berkurang di Belanda, media dan politik tak bisa diandalkan untuk membela Muslim dari tindak kekerasan. Selama suasana antiIslam masih menguasai dan kekerasan melawan Muslim disembunyikan, saran emigrasi akan terus ada. Ditujukan pada umat Muslim.

Krisman Purwoko (RNW)

..........TERKAIT..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...