Sebagaimana film-film James Bond, Julian Assange-pun sepertinya berperan serupa sebagai seorang Hero karena ia telah mempublikasikan 75 ribu data soal sejarah perang Afghanistan milik Amerika Serikat dan segera menyusul data tambahan yang akan segera dipublikasikan lewat situsnya.
Ia dianggap Hero bagi pejuang Taliban karena mereka berjanji akan menggunakan dokumen itu untuk melacak orang-orang yang dianggap telah mengkhianati perjuangannya. Tapi bagi orang-orang di Pentagon sendiri apa yang dilakukan Julian Assange tersebut dapat mengancam keamanan dan hidup dari pasukan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan.
Belum banyak yang mengulas bagaimana dan bersumber dari siapa data-data itu diperoleh Julian Assange. Dan menurutnya, “Kami adalah organisasi yang memproteksi nara sumber yang mengkhususkan diri dalam melindungi para informan. Kami memiliki catatan yang sempurna dari kegiatan kami.” Dan menurut WikiLeaks sendiri, dokumen yang belum dipublikasikan itu merupakan, “catatan dalam kurun waktu 1966-2010.”
Mengutip berita http://www.republika.co.id/ atas pernyataan Julian Assange tentang kebebasan pers, “jika para pejabat pertahanan AS ingin mempertahankan nilai-nilai demokrasi yang dimilikinya maka mereka harus melindunginya dengan nilai-nilai inti demokrasi mereka, yaitu kebebasan pers.”
Boleh dikata apa yang dilakukan Julian Assange dengan media situsnya, merupakan agen perubahan teknologi. Karena teknologi telah menciptakan database yang sangat besar.
Perang Online
“Anda bisa melihat bahwa ini turun langsung dari editorial, bukan dari jurnalisme.” Jika informan Afganistan berada dalam bahaya, Julian melihat bahwa ini merupakan kesalahan pihak militer Amerika Serikat.
Tidak semua orang setuju soal ini. Ada yang menyebutkan bahwa Julian sedang melakukan permainan yang berbahaya. Namun, ia hanya berkata santai, “kesucian manusia adalah hal yang memuakkan.”
Pria ini menilai bahwa kekejaman media pada dasarnya bersumber dari uang. “Ini akan mudah diterima. Kita tidak dapat menuntut seseorang melakukan sesuatu dengan alasan moral. Ini hanya bisa diterima jika kita mengatakan karena uang.”
Keterbukaan baru ini telah dirancang untuk melawan salah satu poin kritik dalam organisasi media yaitu kurangnya akuntabilitas. Apa yang paling jelas dari peristiwa ini adalah pemerintah tidak dapat lebih lama lagi menyimpan rahasia.
Julian menilai apa yang terjadi saat ini sebagai sebuah revolusi di mana dunia masih belajar untuk memahami. Sebagai cara ‘mencerdaskan’, Julian telah menyiapkan jawaban mematikan.
“Kami meciptakan sebuah ruang di belakang kami yang memungkinkan adanya jurnalisme yang tetap hadir atas nama jurnalisme itu sendiri. Kami menciptakan ruang ini atas dasar krtik publikasi yang sangat kuat dari organisasi besar.”
Keterampilan Julian sebagai kriptografer telah membuatnya mejadi salah satu arsitek model WikiLekas. Sahabatnya, Gavin Macfadyen selaku direktur Centre of Investigative Journalism, menunjukkan adanya sesuatu yang hampir kuno yang membuat Julian bertahan atas idealisme jurnalistik.
“Kita tidak lagi melihat orang-orang yang seperti dia. Pada era 60 sampai 70-an mungkin banyak orang yang berdiri atas nama idealisme. Kita benar-benar memiliki komitmen dan bergairah dengan pekerjaan kita. Namun, setelah 20 tahun, ini menjadi sangat sulit.”
David Leigh, editor investigasi Guardian, menilai Julian memiliki mentalitas seorang hacker. “Kadang-kadang ia tampak tidak nyata karena sibuk dengan dunia sendiri, tapi ia tidak kekurangan pesona.”
Tidak hanya itu, Julian seringkali tidur hanya 2 jam dengan konsumsi makanan sehari 2 sandwich. Ia hanya menganggap istirahat dan makan menjadi teknis semata dan ‘bahan bakar’ untuk hidup.
Julian menilai bahwa WikiLeaks adalah situs dalam lingkup internasioanl. “Kami tidak memiliki masalah keamanan nasional. Kami hanya prihatin dengan kondisi manusia,” ujar Julian.
Dengan keberadaan server di berbagai negara dan kantor pusat yang beragam dan akhirnya turut mengembara seperti dirinya sendiri, maka ini menimbulkan pertanyaan menarik soal masa depan sebuah negara. WikiLeaks bisa dianggap bersembunyi di beberapa kekuatan negara.
“WikiLeaks berfungsi sebagai agen perubahan teknologi. Teknologi telah menciptakan database yang sangat besar. Kehadiran ini telah menimbulkan kemungkinan kebocoran informasi. Jika bocor, yah akan tetap bocor.”
WikiLeaks pertama kali muncul di internet pada 2006. Situs ini didirikan oleh, “pembangkang China, jurnalis, ahli matematika, pendiri perusahaan teknologi dari AS, Taiwan, Eropa, Australia dan Afrika Selatan,” kata Julian.
..........TERKAIT..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar