Selasa, 11 Januari 2011

Sebuah Pengakuan untuk Keindahan

Sepak bola sebagai produk budaya masyarakat memiliki dua sifat kontras yang berjalan beriringan.

Di satu sisi, dia boleh dimaknai menggunakan data pasti. Di sini, elemen dalam sepak bola (klub, pemain, pelatih) hanya dapat diukur berdasar angka, contohnya jumlah gelar yang direbut atau gol yang dicetak. Di sisi lain, sepak bola juga bisa dinilai melalui tingkat subjektivitas penonton untuk memberikan interpretasi. Penilaian yang muncul dijamin akan berbeda-beda karena beragamnya tingkat pengetahuan, pengalaman, dan budaya masing-masing individu. Maka, respons yang keluar bakal relatif. Merujuk pemikiran di atas, maka mudah ditebak seperti apa selera pelatih dan kapten timnas serta jurnalis sepak bola saat kandidat pemenang Ballon d’Or 2010 diumumkan FIFA keluar, awal Desember 2010.


Selera pribadi terasa kental karena tidak ada nama gelandang Belanda Wesley Sneijder yang memperkuat Inter Milan. Padahal, nama Sneijder sebelumnya cukup difavoritkan berkat pencapaiannya membantu Inter meraih treble (Serie A, Coppa Italia, Liga Champions) dan melesatkan Belanda hingga final Piala Dunia di Afrika Selatan. Para pemilih yang mengeluarkan suaranya nyatanya lebih mengedepankan Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Xavi Hernandez. Bicara prestasi nyata di lapangan, jumlah trofi dari ketiganya jelas kalah ketimbang Sneijder. Messi ’’hanya’’ membawa Barcelona menguasai Primera Liga. Sementara Iniesta dan Xavi menambah koleksi gelarnya dengan menolong Spanyol merebut gelar perdana Piala Dunia.

Sebenarnya tidak ada yang salah dalam hasil pilihan calon terkuat pemenang Ballon d’Or. Mustahil rasanya meninggalkan Messi yang notabene menjadi pemain terbaik dunia ’’tak tertulis’’ saat ini. Iniesta pencetak gol tunggal kemenangan Spanyol melawan Belanda di final Piala Dunia. Sementara tidak ada yang meragukan kualitas Xavi, jenderal lapangan tengah terbaik dunia. Di sini, Sneijder cuma sial karena kecemerlangannya pada 2010 berlangsung bersamaan dengan keberadaan Messi dan generasi emas Barcelona yang diwakili Iniesta dan Xavi. Benang merah yang bisa ditarik dari pilihan pemberi suara adalah pengakuan mereka terhadap keindahan.

Messi, Iniesta, dan Xavi merupakan trio yang menerjemahkan gaya bermain atraktif yang diinginkan Entrenador Josep Guardiola sesuai filosofi Barcelona. Di lain pihak, Sneijder antipati gaya tersebut. Di Inter, dia tampil sesuai instruksi Jose Mourinho yang pragmatis dan mendahulukan hasil. Begitu pula di Belanda, era Bert van Marwijk, yang meninggalkan agama toetal voetball yang dianut negaranya sejak beberapa dekade silam. Sneijder juga kurang beruntung akibat penurunan performa pada paruh kedua 2010 atau fase awal musim 2010/2011. Dia ikut terjerembab seiring anjloknya grafik Inter yang berantakan di tangan Rafael Benitez.

Sementara Messi, Iniesta, dan Xavi tetap bersinar di Barcelona selama kurun waktu itu. Nasib yang dirasakan Sneijder ini dapat dijadikan pelajaran FIFA untuk meminimalisasi polemik di masa depan. Ballon d’Or ditujukan ke pemain atas aksinya selama setahun genap sesuai kalender Masehi. Daftar nominasi dikeluarkan pada akhir tahun dan penganugerahan diselenggarakan Januari tahun berikutnya.

Sementara itu, kompetisi sepak bola Eropa yang menjadi basis berkumpulnya seluruh pemain di seluruh dunia menerapkan jadwal enam bulan terakhir tahun, ditambah enam bulan awal tahun selanjutnya. Perbedaan itu membuat para pemilih salah orientasi. Secara tidak sadar, mereka seperti lupa akan prestasi pemain pada awal tahun (akhir musim) dan hanya melihat periode akhir tahun menjelang acara pemberian Ballon d’Or dilangsungkan. Ini disebabkan keterbatasan otak manusia dalam mengingat. Manusia cenderung menggunakan peristiwa yang baru saja terjadi dan mengabaikan insiden lampau. Padahal, keberhasilan pemain merebut gelar atau tidak ditentukan pada akhir musim (awal tahun).

Maka itu, ada baiknya FIFA atau organisasi lain yang memberikan penghargaan bagi pelaku sepak bola memakai kurun waktu penilaian sesuai kalender musim kompetisi.

HARLEY IKHSAN
Wartawan HATTRICK

..........TERKAIT..........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...