Penggunaan pil Keluarga Berencana (KB) telah lama diketahui dapat mengurangi risiko seorang wanita terserang kanker indung telur (ovarium). Namun, penelitian terbaru menunjukkan, semua jenis kontrasepsi –bahkan yang mengejutkan, vasektomi– mungkin bisa jadi protektif terhadap kanker ganas tersebut. Vasektomi sendiri adalah metode sterilisasi pada pria dengan cara memotong saluran sperma yang menghubungkan buah zakar dengan kantong sperma. Kesimpulan ini didapat setelah membandingkan wanita dengan kanker ovarium dengan wanita tanpa kanker ovarium.
Peneliti menemukan fakta bahwa wanita yang menggunakan semua jenis kontrasepsi –di antaranya pil KB, spiral/- IUD, operasi ikat saluran telur (tubal ligation), metode barier (seperti diafragma), atau vasektomi pria– memiliki risiko antara 40–65% lebih rendah dari mereka yang pernah terkena kanker indung telur. “Ini bukan kejutan untuk melihat hubungan antara pil KB dan kanker indung telur, bahkan juga operasi tubal ligation. Karena sejumlah studi lain sebelumnya telah memperlihatkan hal yang sama,” kata penulis studi Dr Roberta Ness dari University of Texas School of Public Health, Amerika Serikat, seperti dikutip laman Reuters Health.
Namun dia mengakui, untuk melihat kecenderungan yang sama bagi perempuan yang mengandalkan pemakaian IUD, metode barier, atau juga operasi vasektomi pada pasangan untuk menghindari kehamilan, memang hal yang mengejutkan. “Tidak peduli apa metode kontrasepsi yang Anda gunakan, tampaknya seperti itu akan menjadi pelindung (dari kanker ovarium),” katanya. Lebih dari 21.000 wanita di Amerika Serikat mengidap kanker indung telur pada 2010 dan 14.000 lainnya meninggal karenanya. Sekitar 1,4% seluruh penduduk wanita akan menderita kanker ovarium pada hidup mereka.
Mengingat bahwa beberapa jenis kontrasepsi berhubungan dengan rendahnya risiko kanker ovarium, Ness dan timnya lalu meneliti untuk melihat apakah semua jenis alat kontrasepsi punya dampak terhadap risiko masa depan penyakit. Mereka mewawancarai 869 wanita yang telah terkena kanker ovarium, dan 1.779 orang lain yang tidak menderita penyakit ini untuk melihat sejarah pemakaian alat kontrasepsi mereka. Wanita para partisipan dianggap tidak menggunakan kontrasepsi buatan jika mereka bergantung pada keluarga berencana alami (menghindari hubungan seks saat ovulasi) atau ejakulasi di luar vagina saat bercinta.
“Seperti yang diharapkan, wanita yang telah melakukan operasi ikat saluran telur atau pil KB pada masa lalu, baik sebagai alat kontrasepsi maupun karena alasan lain, berkurang kemungkinannya untuk terkena kanker ovarium,” tulis mereka dalam jurnal Annals of Epidemiology. Tapi anehnya, hal itu terjadi pula pada wanita yang memilih menggunakan IUD. Secara spesifik, wanita yang terkena kanker ovarium berkurang kemungkinannya pernah menggunakan IUD –antara mereka dengan kanker, hanya 12% yang pernah menggunakan sebuah IUD, versus 17% wanita yang tidak terkena kanker. Demikian pula, 14% dari mereka dengan kanker indung telur memiliki pasangan yang telah menjalani vasektomi.
Namun, begitu pula dengan 17% wanita yang tidak pernah menderita kanker ovarium. Setelah menggunakan alat statistik untuk menghilangkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi hubungan antara kontrasepsi dan kanker ovarium, Ness dan timnya menemukan fakta bahwa mengandalkan vasektomi atau IUD menurunkan risiko wanita terkena kanker ovarium sebesar 50–60%. Berturut-turut relatif terhadap wanita tanpa sejarah penggunaan kontrasepsi buatan. Pertanyaan besarnya adalah, mengapa? Ada kemungkinan bahwa sperma itu sendiri dapat meningkatkan peradangan saat berada di dalam tubuh seorang wanita dan peradangan ini dari waktu ke waktu bisa meningkatkan risiko kanker indung telur.
Ness menyebutkan, setiap teknik yang akan mengurangi paparan wanita dengan sperma –seperti vasektomi, tubal ligation, atau IUD– akan berpotensi melindungi wanita dari peradangan tersebut. Dia menambahkan, pil KB juga menyebabkan peradangan, yang juga dapat menjelaskan manfaat dari penggunaan alat tersebut.
Kontrasepsi oral mengurangi jumlah seorang wanita berovulasi dan masing-masing ovulasi berhubungan dengan peningkatan peradangan. Namun, wanita yang telah melahirkan anak juga dapat memiliki risiko lebih rendah terkena kanker indung telur. Ketika peneliti melihat faktor yang memengaruhi kehamilan, mereka mengetahui adanya hubungan yang lebih lemah antara vasektomi, IUD, dan metode barier.
Tidak mengherankan jika hubungan ini begitu lemah, kata Ness, sejak memisahkan wanita pada dua keadaan, yaitu kehamilan dan sejarah kontrasepsi, membuat setiap kategori menjadi sangat kecil. “Saya tidak benar-benar berpikir untuk menolak penemuan ini,” tuturnya. (rendra hanggara)
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/373344/
..........TERKAIT..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar