Letusannya 1.000 kali lebih besar daripada erupsi gunung berapi paling bersejarah. Supervulkan bisa terjadi ketika magma di dalam perut Bumi naik ke kerak dari sebuah titik panas, tapi tidak mampu memecah kerak. Tekanan terbangun di dalam kolam magma yang besar dan terus berkembang hingga kerak tidak lagi mampu menampung tekanan itu. Mereka juga bisa membentuk batas piringan, seperti Danau Toba di Sumatera Utara, dan lokasi titik panas kontinental, seperti Yellowstone di Amerika Serikat (AS). Discovery Channel menyebut ada enam supervulkan di dunia, tiga di antaranya ada di AS, yaitu Yellowstone, Long Valley, dan Valles Caldera.
Selanjutnya, Danau Toba, Gunung Berapi Taupo di Selandia Baru, dan Kaldera Aira yang di tengahnya terdapat Gunung Api Sakurajima di Jepang. Meskipun hanya disebutkan ada enam supervulkan, erupsi supervulkan biasanya memengaruhi kawasan yang sangat besar dengan lava dan debu vulkanik serta menyebabkan perubahan cuaca dalam jangka panjang seperti memicu masa es yang kecil, yang cukup mengancam kepunahan beberapa spesies. Ahli gunung api dan geologis tidak menggunakan istilah supervulkan. Tapi, sejak 2003, istilah itu digunakan ketika berbicara di hadapan publik. Erupsi yang mencapai indeks erupsi vulkanik (VEI) 8 diistilahkan sebagai ”erupsi super”. Salah satu supervulkan yang saat ini secara dekat diawasi adalah Danau Toba di Sumatera Utara, Indonesia.
Danau ini pernah meletus sekitar 67.500–75.500 tahun lalu. Erupsi Toba adalah yang terakhir dari serangkaian setidaknya tiga kaldera yang menyebabkan erupsi yang terjadi di gunung api dengan kaldera-kaldera sebelumnya terbentuk sekitar 700.000–840.000 tahun lalu. Erupsi terakhir itu memiliki VEI 8 yang digambarkan sebagai letusan megakolosal. Dengan fakta tersebut, ada kemungkinan bahwa letusan itu adalah erupsi vulkanik eksplosif terbesar dalam 25 juta tahun terakhir. Letusan Toba tidak bisa dibandingkan dengan letusan gunung atau kaldera lain yang pernah dialami Bumi sejak manusia bisa berjalan tegak.
Bahkan, letusan Gunung Krakatau, yang menyebabkan puluhan orang tewas pada 1883, hanyalah seukuran kuku hitam jika dibandingkan dengan erupsi Toba. Erupsi Toba memiliki kekuatan 150 megaton TNT. Perbandingannya, bom atom Hiroshima ”hanya” memiliki kekuatan ledakan 0,015 megaton dan kehancurannya 10.000 kali lebih lemah daripada letusan Krakatau. Menurut ilmuwan, erupsi Toba hampir menyapu bersih umat manusia puluhan ribu tahun lalu. Erupsinya memuntahkan sekitar 2.800 km kubik material—sekitar 2.000 km kubiknya jatuh ke tanah dan sekitar 800 km kubik jatuh sebagai debu, lalu angin membawanya ke arah barat. Aliran batu erupsinya menghancurkan sebuah kawasan seluas 20.000 km persegi. Debu vulkaniknya menyelimuti hampir seluruh kawasan Asia Selatan dengan ketebalan rata-rata hampir 15 cm.
Di salah satu kawasan India, debu Toba mencapai ketebalan hingga 6 meter dan sebagian Malaysia tertutup debu vulkanik setebal 9 meter. Selain itu, sekitar 10.000 juta metrik ton asam sulfur juga dilepaskan Toba saat erupsi. Akibatnya, terjadi hujan asam. Menurut teori malapetaka, erupsi Toba menyebabkan Bumi mengalami musim dingin vulkanik selama 6–10 tahun, yang mengakibatkan penurunan jumlah populasi manusia. Beberapa periset memaparkan bahwa erupsi Toba tidak hanya menyebabkan musim dingin vulkanik hebat, tapi juga menambahkan episode pendinginan Bumi selama 1.000 tahun. Kaldera Toba adalah satu-satunya supervulkan yang bisa digambarkan sebagai saudara ”yang lebih besar” bagi Kaldera Yellowstone di AS.
Dengan memuntahkan 2.800 km kubik material, erupsi Toba bahkan lebih besar daripada erupsi super yang terjadi pada 2,1 juta tahun lalu yang membentuk Island Park Caldera di Idaho, AS. Saat itu, erupsi Yellowstone memuntahkan 2.500 km kubik material. Erupsi Toba juga sekitar tiga kali lebih besar daripada erupsi terakhir Lava Creek Yellowstones pada 630.000 tahun lalu. Perbandingan lainnya, selain dengan Krakatau, adalah letusan vulkanik terbesar dalam sejarah, yaitu erupsi Gunung Tambora, Sumbawa, Indonesia, pada 1815. Letusan Tambora memuntahkan sekitar 100 km kubik batu dan menyebabkan tahun 1816 sebagai tahun tanpa musim panas di seluruh kawasan utara Bumi. Sementara letusan Gunung St Helen di Negara Bagian Washington, AS, memuntahkan sekitar 1,2 km kubik material.
Erupsi terbesar yang diketahui terjadi sejak erupsi Toba adalah erupsi oruanui Gunung Api Taupo, Selandia Baru, yang memuntahkan sekitar 530 km kubik magma. Keruntuhan berikutnya membentuk sebuah kaldera, yang setelah terisi air, membentuk Danau Toba. Pulau Samosir yang berada di tengah danau itu terbentuk oleh kubah lantai kaldera karena gerakan magma di perut Bumi. (ika)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/374485/
..........TERKAIT..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar