Ya, manusia mampu mengungkapkan apa saja, kesedihan, kemarahan, kebahagiaan, apa pun yang mereka rasakan. Namun, ada beberapa kata yang membuat bibir mereka kelu dan lidah mereka beku. Kata-kata yang entah kenapa lebih baik disekap dalam senyap daripada dibiarkan terucap.
Seperti kata maaf. Seperti tiga kata: Aku cinta kepadamu, sebuah susunan kata subjek-predikat-keterangan yang seharusnya kukatakan kepadamu sejak tiga tahun lalu. Ah, cinta. Cinta memberiku kekuatan menyimpan kata-kata itu tanpa membuatnya membusuk. Bahkan, cinta memberi kata-kata itu kekuatan untuk tumbuh dan tumbuh semakin kuat setiap hari.
Ini adalah surat cintaku padamu yang ke-250. Seberapa banyak hal yang diketahui manusia seumur hidupnya? Mana yang lebih besar, hal-hal yang berhasil dia ketahui atau hal-hal yang tidak pernah dia temukan jawabannya? Ya, hidup adalah misteri. Kita lahir tanpa meminta, mati tanpa sempat menunda. Cintaku padamu adalah serupa kematian. Aku tak pernah tahu kapan, bagaimana ia datang. Tapi, ketika ia datang, maka ia telah datang.
Tahukah kau bahwa aku mampu mengenali derap langkah sepatumu tanpa perlu melihat, hanya dengan mendengar? Tahukah kau bahwa aku hafal aroma parfum yang melekat di tubuhmu? Tahukah kau berapa banyak malam yang kulalui dengan mimpi-mimpi tentangmu?
Tahukah kau bahwa aku membenci perasaanku padamu. Bahwa aku terlalu takut mengakui bahwa aku menginginkanmu dan bahwa aku hanya mampu mencuri pandang dari sudut pelupuk mataku? Tahukah kau bahwa kau membuatku tak mengerti diriku sendiri dan apa yang kurasakan?
Kurasa kau tak perlu tahu. Karena mengetahui tak kan mengubah segalanya. Biarkan aku menjadi angin yang berembus dan lenyap tanpa kau sadari. Hanya mampu kau rasakan. Biarkan cintaku menjadi bayangan yang akan mengikutimu ke mana pun kau pergi, yang mampu menghilang di balik kegelapan.
Ini adalah surat cintaku padamu yang ke-299. Apakah perasaan diciptakan untuk diucapkan? Mengungkapkan tak kan mengubah segalanya. Kenyataan dan tentu saja perasaanku padamu. Dan seperti ke-298 surat lainnya yang kutujukan padamu, surat ini akan berakhir dalam laciku tanpa pernah mendapat kesempatan merasakan genggaman tanganmu.
Apakah cinta diciptakan untuk dimiliki? Karena aku tetap mencintaimu, walaupun aku tak kan pernah bisa memilikimu. Karena aku tetap mencintaimu walaupun kau tak kan pernah tahu. Apakah ini sebuah kutukan? Cinta adalah bom waktu dan aku terorisnya. Ia meledak sebelum aku sempat menyerahkannya. Seharusnya, kita berdua mati bersama dalam ledakan itu, bukan mati sendirian. Apakah aku sakit jiwa? Cinta adalah api dan aku kayu bakarnya. Cinta membakarku habis, sebagian jadi abu, sebagian jadi arang. Arang yang hitam dan hitam bukanlah putih.
Apakah ini sebuah dosa? Jika ya, biarkan ini menjadi dosa termanis yang pernah kukecap tanpa pernah kusesali sedikit pun. Karena kau begitu indah.
Sumber: Radar Banten, Senin, 10 September 2007
Author : Leo Reza Irawan
..........TERKAIT..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar